Kamis, 4 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Mengenal Otter yang Ramai Dipelihara, Lucu, Liar, Dilindungi dan Berisiko

Naluri liar bisa memunculkan serangan berupa cakaran maupun gigitan, sehingga bersiko menularkan penyakit akibat penjualan tanpa melakukan skrining status kesehatan hewan.

Kamis, 6 Maret 2025
A A
Ilustrasi otter atau berang-berang. Foto KnipsKaline/pixabay.com.

Ilustrasi otter atau berang-berang. Foto KnipsKaline/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Jendela sisi kiri sebuah mobil terbuka. Muncul sosok berhidung dan bermata hitam, berkumis putih yang menyeruak seperti kucing. Imut dan lucu. Membuat sejumlah pengendara yang berhenti di sampingnya terkejut dan tersenyum.

Begitulah tayangan video pendek tentang hewan di air dan darat itu berseliweran dan viral di medsos. Backsound potongan lagu “Kita Bikin Romantis”nya Maliq & D’Essentials bikin salah tingkah. Itulah otter atau yang sering disebut berang-berang, hewan yang termasuk dalam kelompok mamalia semi-akuatik yang hidup sekitar aliran sungai atau rawa. Secara taksonomi, terdapat dua kelompok berang-berang yang berbeda.

Pertama, otter dari ordo karnivora. Mamalia ini bergantung pada konsumsi daging sebagai sumber utama nutrisi.

Kedua, beaver dari ordo rodentia sebagai herbivora dengan pola makan berbasis tumbuhan. Namun, tidak ada populasi beaver yang memiliki habitat di Indonesia.

Baca juga: Agar Operasi Modifikasi Cuaca Tak Berdampak Buruk di Wilayah Lain

Sementara otter di Indonesia berhabitat alami di tepi aliran air sebagai hewan semi akuatik. Mereka akan mencari makan ikan, crustacea, udang, maupun kepiting.

Populasi terus menyusut

Di Indonesia terdapat empat jenis otter. Namun hanya ada satu jenis tanpa status dilindungi oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 tahun 2018. Jenis yang tidak dilindungi itu adalah berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus).

Sementara populasi spesies tersebut mengalami penurunan akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Bahkan kini telah masuk daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Baca juga: Kesiapan Lahan dan Pengelolaan Sampah oleh Pemda Kunci Pengendalian Banjir Jabodetabek

Sedangkan perdagangan hewan eksotik di Indonesia bukanlah 100 persen hasil budidaya. Mayoritas penjual mendapatkan hewan tersebut dari alam.

“Jangan sampai terjadi eksploitasi untuk hobi yang tidak bertanggung jawab,” kata Dosen Satwa Liar Kedokteran Hewan FIKKIA Universitas Airlangga, Aditya Yudhana.

Bernaluri liar

Dengan asumsi tersebut, tangkapan otter dewasa langsung dari alam tentu tidak dapat jinak secara menyeluruh. Naluri liar masih dominan memunculkan serangan berupa cakaran maupun gigitan. Risiko transmisi zoonosis akibat penjualan tanpa melakukan skrining status kesehatan hewan dapat terjadi. Berupa potensi rabies, bakteri, parasit, dan fungi.

Baca juga: BNPB Pastikan Kebutuhan Dasar Warga Terdampak Banjir Jabodetabek Terpenuhi

“Jika otter berasal habitat alami dan sudah dewasa, maka tidak dapat jinak sepenuhnya. Berbeda dengan hasil dari penangkaran ek-situ yang mungkin menurunkan sifat liar menjadi jinak,” tutur dia.

Aditya menyebut masyarakat perlu mengetahui pola hidup otter yang terbiasa hidup mengeksplorasi alam. Jangan sampai membuat hewan stres yang berujung membahayakan pemilik karena ketidaktahuan akan jenis zoonosis yang akan muncul jika hewan liar tersebut sakit. Stres juga akan meningkatkan emosional hewan.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: berang-berangFIKKIA Unairhewan liarottertransmisi zoonosis

Editor

Next Post
Pusat gempa dangkal di laut mengguncang wilayah Aceh pada Jumat, 7 Maret 2025, berkekuatan 5,4 magnitudo. Foto Inatews BMKG.

Gempa Dangkal Guncang Aceh dan Luwu Timur

Discussion about this post

TERKINI

  • Kayu-kayu yang berserak usai banjir bandang di Sumatra Utara. Foto tangkapan layar kompas.com/youtube.Berulang Kali Tapanuli Selatan Dihantam Banjir Bandang Gelondongan Kayu dari Hulu
    In Lingkungan
    Rabu, 3 Desember 2025
  • Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto (tengah) saat menyampaikan perkembangan bencana Sumatra di Tapanuli Utara, 29 November 2025. Foto BNPB.Anggota DPR Kritik Pernyataan Pejabat Publik Soal Banjir Sumatra Minim Empati
    In News
    Rabu, 3 Desember 2025
  • Peneliti Hidrologi Hutan dan Konservasi DAS UGM, Hatma Suryatmojo. Foto Dok. UGM.Hatma Suryatmojo, Banjir Bandang Sumatra Akibat Akumulasi Dosa Ekologis di Hulu DAS
    In Sosok
    Selasa, 2 Desember 2025
  • Tangkapan video pendek tentang banjir bandang di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. Foto @masinton/instagram.Kerugian Bencana Ekologis Sumatra Rp68,67 Triliun, Tak Sebanding Sumbangan dari Tambang dan Sawit
    In Lingkungan
    Selasa, 2 Desember 2025
  • Bantuan logistik untuk wilayah terdampak bencana Sumatra, Provinsi Aceh, Provinsi Sumatra Utara, dan Provinsi Sumatra Barat. Foto BNPB.Update Bencana Sumatra, Korban Tewas 442 Orang Terbanyak di Sumut
    In Bencana
    Senin, 1 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media