Kamis, 13 November 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Mengenal Otter yang Ramai Dipelihara, Lucu, Liar, Dilindungi dan Berisiko

Naluri liar bisa memunculkan serangan berupa cakaran maupun gigitan, sehingga bersiko menularkan penyakit akibat penjualan tanpa melakukan skrining status kesehatan hewan.

Kamis, 6 Maret 2025
A A
Ilustrasi otter atau berang-berang. Foto KnipsKaline/pixabay.com.

Ilustrasi otter atau berang-berang. Foto KnipsKaline/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Jendela sisi kiri sebuah mobil terbuka. Muncul sosok berhidung dan bermata hitam, berkumis putih yang menyeruak seperti kucing. Imut dan lucu. Membuat sejumlah pengendara yang berhenti di sampingnya terkejut dan tersenyum.

Begitulah tayangan video pendek tentang hewan di air dan darat itu berseliweran dan viral di medsos. Backsound potongan lagu “Kita Bikin Romantis”nya Maliq & D’Essentials bikin salah tingkah. Itulah otter atau yang sering disebut berang-berang, hewan yang termasuk dalam kelompok mamalia semi-akuatik yang hidup sekitar aliran sungai atau rawa. Secara taksonomi, terdapat dua kelompok berang-berang yang berbeda.

Pertama, otter dari ordo karnivora. Mamalia ini bergantung pada konsumsi daging sebagai sumber utama nutrisi.

Kedua, beaver dari ordo rodentia sebagai herbivora dengan pola makan berbasis tumbuhan. Namun, tidak ada populasi beaver yang memiliki habitat di Indonesia.

Baca juga: Agar Operasi Modifikasi Cuaca Tak Berdampak Buruk di Wilayah Lain

Sementara otter di Indonesia berhabitat alami di tepi aliran air sebagai hewan semi akuatik. Mereka akan mencari makan ikan, crustacea, udang, maupun kepiting.

Populasi terus menyusut

Di Indonesia terdapat empat jenis otter. Namun hanya ada satu jenis tanpa status dilindungi oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 tahun 2018. Jenis yang tidak dilindungi itu adalah berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus).

Sementara populasi spesies tersebut mengalami penurunan akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Bahkan kini telah masuk daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Baca juga: Kesiapan Lahan dan Pengelolaan Sampah oleh Pemda Kunci Pengendalian Banjir Jabodetabek

Sedangkan perdagangan hewan eksotik di Indonesia bukanlah 100 persen hasil budidaya. Mayoritas penjual mendapatkan hewan tersebut dari alam.

“Jangan sampai terjadi eksploitasi untuk hobi yang tidak bertanggung jawab,” kata Dosen Satwa Liar Kedokteran Hewan FIKKIA Universitas Airlangga, Aditya Yudhana.

Bernaluri liar

Dengan asumsi tersebut, tangkapan otter dewasa langsung dari alam tentu tidak dapat jinak secara menyeluruh. Naluri liar masih dominan memunculkan serangan berupa cakaran maupun gigitan. Risiko transmisi zoonosis akibat penjualan tanpa melakukan skrining status kesehatan hewan dapat terjadi. Berupa potensi rabies, bakteri, parasit, dan fungi.

Baca juga: BNPB Pastikan Kebutuhan Dasar Warga Terdampak Banjir Jabodetabek Terpenuhi

“Jika otter berasal habitat alami dan sudah dewasa, maka tidak dapat jinak sepenuhnya. Berbeda dengan hasil dari penangkaran ek-situ yang mungkin menurunkan sifat liar menjadi jinak,” tutur dia.

Aditya menyebut masyarakat perlu mengetahui pola hidup otter yang terbiasa hidup mengeksplorasi alam. Jangan sampai membuat hewan stres yang berujung membahayakan pemilik karena ketidaktahuan akan jenis zoonosis yang akan muncul jika hewan liar tersebut sakit. Stres juga akan meningkatkan emosional hewan.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: berang-berangFIKKIA Unairhewan liarottertransmisi zoonosis

Editor

Next Post
Pusat gempa dangkal di laut mengguncang wilayah Aceh pada Jumat, 7 Maret 2025, berkekuatan 5,4 magnitudo. Foto Inatews BMKG.

Gempa Dangkal Guncang Aceh dan Luwu Timur

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi cuaca ekstrem. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Peringatan BMKG, Cuaca Ekstrem Sepekan Ini
    In News
    Senin, 10 November 2025
  • Ilustrasi ancaman perubahan iklim bagi masa depan anak. Foto Pexels/pixabay.comJejaring CSO Ajak Anak Muda Pantau Negosiasi Solusi Iklim Indonesia di COP 30 
    In News
    Minggu, 9 November 2025
  • Berperahu menuju Pulau Pamujan di Desa Domas, Kabupaten Serang, Banten. Foto Dok. ITB.Pulau Pamujan, Punya Tutupan Mangrove Asri Tetapi Terancam Abrasi
    In Traveling
    Minggu, 9 November 2025
  • Dosen ITB, Andy Yahya Al Hakim, memberikan sosialisasi di Pusat Informasi Geologi Geopark Ijen, 15 September 2025. Foto Tim PPM/ITB.Sumber Air Sekitar Kawah Ijen Tercemar Fluorida, Gigi Warga Kuning dan Keropos
    In IPTEK
    Sabtu, 8 November 2025
  • Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Utusan Khusus Presiden Indonesia Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo dan Menteri KLH/BPLH Hanif Faisol Nurofiq di Forum COP 30 di Belem, Brasil. Foto Dok. KLH/BPLH.Klaim dan Janji-janji Indonesia di Forum Iklim Global COP30 Belém
    In Lingkungan
    Sabtu, 8 November 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media