Wanaloka.com – Akhir pekan lalu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengajak Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati serta Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia Andreas Bjelland Eriksen berkunjung ke Taman Nasional Gunung Leuser, Sabtu, 1 Juni 2024. Kunjungan ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama Indonesia-Norwegia berupa pendanaan berbasis kontribusi (result-based contribution) untuk pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+). Sekaligus memperlihatkan keindahan wilayah Taman Nasional Gunung Leuser.
Siti memperlihatkan keindahan Bukit Lawang yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser. Mereka juga berkesempatan melihat langsung orangutan sumatra (Pongo abelii), salah satu satwa yang paling terkenal di kawasan ini. Ketiga menteri tersebut sempat menyaksikan dua individu orangutan yang melompat dari dahan ke dahan di tengah pepohonan yang rimbun.
Orangutan sumatra adalah salah satu satwa yang dilindungi di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2016 diperkirakan terdapat 71.820 individu orangutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Termasuk di Sabah dan Sarawak di habitat seluas 17.460.000 hektare.
Baca Juga: Konsesi Tambang Ormas Keagamaan, NU Siapkan SDM dan Muhammadiyah Tak Buru-buru
Orangutan sumatra yang merupakan endemik Pulau Sumatera adalah salah satu dari tiga spesies orangutan yang hidup di Indonesia bersama orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) dan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus). Untuk mendukung upaya konservasi orangutan dan menjaga populasi di alam liar, KLHK telah meluncurkan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2019-2029 pada tahun 2019.
Di titik observasi orangutan di Bukit Lawang, terdapat lebih kurang 28 individu dan dilaporkan banyak kelahiran. Jumlah orangutan secara keseluruhan di Sumatera bisa mencapai 10.000 individu. Siti pun meminta Direktur Jenderal KSDAE untuk segera melakukan diskusi tentang populasi orang utan dan progress-nya.
Kehadiran ketiga menteri di kawasan tersebut juga dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni. Mereka sempat merekam siniar di tengah hutan. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kesadaran pentingnya konservasi keanekaragaman hayati.
Baca Juga: Gunung Ibu Erupsi Lagi, Material Terbawa Angin ke Lokasi Pengungsian
Siti mengklaim keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser merupakan wujud komitmen Indonesia menurunkan deforestasi dan mendukung pencapaian Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di sektor kehutanan.
“Dari kerjasama Indonesia – Norwegia melalui program FoLU Net Sink 2030 akan terus ditingkatkan sarana prasarana konservasi di Taman Nasional di Sumatera dan Kalimantan karena menyangkut spesies flagship dunia,” kata Siti.
Ia menambahkan, selain kegiatan konservasi di Sumatera dan Kalimantan, lebih kurang ada 54 lokasi Taman Nasional yang memiliki ke khasan masing-masing.
Baca Juga: Pencarian Korban Banjir Bandang Kabupaten OKU Dihentikan
“Prinsipnya, Pemerintah sedang intens untuk memperkuat proteksi dan konservasi hutan yang sudah diperhitungkan balance dengan kebutuhan untuk membangun kesejahteraan,” imbuh dia.
Usai dari Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Siti dan Eriksen melanjutkan kunjungan kerja ke lokasi Pemulihan Ekosistem dengan pola Kemitraan Konservasi di Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut (SM KGLT).
Di lokasi ini, rombongan meninjau lokasi pembibitan mangrove. Mereka juga melakukan penanaman mangrove dan pelepasliaran satwa liar yang dilindungi UU, yaitu Tutong Laut.
Discussion about this post