Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Menunggu Perkawinan Rasi-Slamet, IPB Aplikasikan Teknologi Pelestarian Spesies Langka

Selain perkawinan, ada teknologi untuk mencegah spesies-spesies langka terancam dari kepunahan. Apakah itu?

Jumat, 15 April 2022
A A
Ilustrasi macan tutul. Foto R_Francoeur/pixabay.com.

Ilustrasi macan tutul. Foto R_Francoeur/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Pergerakan Rasi, macan tutul betina yang dilepasliarkan pada 5 Maret 2022 lalu semakin meluas dan mendalam di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Selama 32 hari pasca lepas liar, Tim Macan Tutul (Matul) secara rutin memantau pergerakannya karena Rasi memasuki habitat baru yang pastinya memerlukan adaptasi ekstra.

“Kami berharap di Ramadhan ini, Rasi bertemu dengan Slamet Ramadan dan segera melakukan perkawinan agar spesies kunci ini terus berkembang populasinya sebagai top predator, penyeimbang dalam kehidupan ekosistem di kawasan hutan TN Gunung Ciremai,” harap Kepala Balai TNGC Teguh Setiawan.

Teguh mengungkapkan, berdasarkan sinyal dari GPS Colar yang dipasang di leher Rasi, pada minggu pertama dan kedua, pergerakan Rasi masih seputaran kandang habituasi.

Baca Juga: Berulang Terjadi Konflik Harimau Sumatra dengan Warga di Langkat

“Ini naluri dan insting sang predator yang masih terbiasa dengan kandang habituasi yang sempat dihuni selama 30 hari,” kata Teguh.

Perkembangannya, berdasarkan pemantauan sebulan kemudian atau 5 April 2022, Rasi sudah memasuki zona rimba dengan ekosistem hutan alam. Kabar baik ini sekaligus menepis kekhawatiran masyarakat, bahwa pergerakan Rasi cenderung ke arah pemukiman warga. Teguh menjelaskan, satwa liar secara naluri pasti akan memilih untuk menjauhi manusia dan mencari perlindungan ke tempat yang lebih aman.

Berdasarkan beberapa literatur, daerah jelajah macan tutul Jawa mencapai 10-15 kilometer, tergantung dari jumlah individu yang ada. Semakin banyak individu macan tutul Jawa yang menghuni hamparan kawasan hutan, daerah jelajahnya akan semakin kecil. Macan tutul Jawa merupakan jenis satwa soliter yang tidak membentuk suatu kelompok seperti halnya jenis mamalia lain yaitu primata.

Baca Juga: Letusan Gunung Ibu Setinggi 800 Meter

Selain perkawinan, ada upaya lain untuk mencegah spesies-spesies langka terancam dari kepunahan. Apakah itu?

Pendekatan teknologi dapat menjawab berbagai persoalan kelangkaan spesies satwa. Teknologi dapat melindungi dan mengamankan plasma nutfah atau material genetik satwa liar yang berstatus terancam kritis dari kepunahan. Plasma nutfah atau sumberdaya genetik adalah bahan dari tumbuhan, satwa, dan atau jasad renik yang mempunyai fungsi dan kemampuan mewariskan sifat.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: IKNIPB UniversityKLHKmacan tutul Jawaplasma nuffahsatwa liar yang dilindungisatwa terancam punahTaman Nasional Gunung Ciremai

Editor

Next Post
Letusan Gunung Anak Krakatau pada Jumat, 15 April 2022, pukul 03.27 WIB. Foto magma.esdm.go.id

Hari Ini, 3 Kali Gunung Anak Krakatau Erupsi

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media