Baca Juga: Sukabumi Diguncang Gempa Dangkal 5,1 Magnitudo
Iriana menyampaikan, kegiatan mengompos penting untuk menyelesaikan masalah sampah organik atau sisa makanan. Penuntasan masalah sampah memang bukan hal yang mudah. Namun melalui composting atau membuat kompos dapat memudahkan penanganan sampah organik dengan tidak mahal, tetapi banyak manfaatnya.
“Hanya perlu mencoba dan kemauan saja untuk memulai. Semoga membuat kompos ini dapat terus berkelanjutan dan secara mandiri,” kata Iriana.
Kompos bermanfaat untuk menyuburkan tanah, menambah kandungan organik pada tanah. Juga meningkatkan water holding capacity butir-butir tanah untuk kesuburan tanah melalui perbaikan tekstur dan struktur tanah.
Baca Juga: Dampak Tebas Lahan Gambut Seluas 26 Hektar di Barito Selatan Terbakar
Berdasarkan data yang dihimpun oleh KLHK tahun 2022, jumlah timbulan sampah di Indonesia sebesar 68,7 juta ton per tahun. Komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, khususnya sampah sisa makanan yang mencapai 41,27 persen. Sekitar 38,28 persen dari sampah sisa makanan tersebut bersumber dari rumah tangga.
Selain itu, sampah organik juga merupakan kontributor terbesar dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca apabila tidak terkelola dengan baik. Sampah organik sisa makanan yang ditimbun di dalam landfill akan menghasilkan emisi gas metana (CH4) yang memiliki kekuatan lebih besar dalam memerangkap panas di atmosfer dibandingkan karbon dioksida (CO2).
Kondisi tersebut menegaskan, bahwa pengelolaan sampah organik, khususnya sampah sisa makanan adalah penting dan perlu menjadi perhatian utama. Sudah saatnya masyarakat meninggalkan pendekatan atau cara kerja lama kumpul-angkut-buang yang menitikberatkan pengelolaan sampah di TPA untuk mencapai target Zero Waste Zero Emission.
Baca Juga: XR Bunga Terung Desak Pemerintah Kaltim Serius Tangani Perubahan Iklim
Manfaat Maggot untuk Wirausaha
Saat bimbingan teknis berupa workshop “Job Creation Saka Kalpataru dan Saka Wanabakti (KAWAN) Melalui Budidaya Maggot BSF” di Ruang Rimbawan 1, Manggala Wanabakti, Jakarta pada 5 Juni 2023,
Kepala Pusat Pengembangan Generasi LHK Sinta Saptarina Soemiarno menjelaskan budidaya maggot lalat tentara hitam atau BSF dengan pakan dari hasil pengolahan sampah organik merupakan bentuk wirausaha kreatif. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah KLHK, sampah organik dapur dari sisa makanan merupakan komposisi yang masih mendominasi jenis sampah secara nasional.
Baca Juga: Gempa Guncang Wilayah Bitung, Mamberamo Raya dan Laut Banda Maluku
Komposisi sampah berdasarkan jenis sampah meliputi 41.31 persen sisa makanan, sampah plastik 18,23 persen, sampah ranting 13.09 persen, sampah kertas atau karton 11.23 persen dan jenis sampah lainnya seperti logam, kain, kulit, kaca di bawah 3 persen. Pemanfaatan sampah organik saat ini masih berfokus kepada pengolahan sampah organik seperti ranting, daun dan sampah sayuran untuk pembuatan kompos. Sementara prosesnya bisa memerlukan waktu cukup lama antara 3-4 bulan.
Berbeda dengan pemanfaatan sampah organik melalui biokonversi yang mengubah menjadi pakan untuk budidaya maggot. BSF merupakan jenis serangga dimana pada stadium larva mampu mengkonversi sampah organik dapur menjadi protein dalam tubuhnya. Perbandingannya, untuk menghasilkan 1 kg maggot segar diperlukan sampah organik dapur 5-10 kg. [WLC02]
Sumber: Kementerian LHK
Discussion about this post