Dikatakannya, walaupun secara spesifik mengambil skenario gempa dari Sesar Opak, tetapi sejatinya ini merupakan representasi dari upaya untuk mereview rencana, kebijakan, prosedur, dan pembagian kewenangan serta tanggung jawab, termasuk mengidentifikasi kekuatan dan kekuarangan dari produk kedaruratan yang telah ada.
“Hal ini tentunya menjadi dasar penyusunan kebijakan yang kerangka utamanya bisa berlaku secara umum dalam menghadapi ancaman gempa di daerah lain,” ujarnya.
Hasil dari TTX ini diharapkan dapat mewujudkan sinkronisasi, keterpaduan, dan integrasi dalam rangka penanganan darurat bencana menghadapi ancaman gempa bumi, tidak hanya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi juga di daerah-daerah lain dengan ancaman yang sama.
Baca Juga: Klaim Indonesia Maju dari Pabrik Smelter ke Smelter
“Latihan kesiapsiagaan seperti ini diharapkan dapat dilakukan secara berkala dan direfleksikan oleh instansi, lembaga dan daerah lain dengan skenario sesuai kebutuhan masing-masing agar tercipta ketangguhan bencana di Indonesia,” imbuh Rustian.
Kegiatan TTX dihadiri Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Istimewa (DIY) Beny Suharsono, Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul, Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Perwakilan Komisi VIII DPR RI wilayah DIY MY Esti Wijayati, Ketua DPRD DIY dan Bantul, Plh Kepala Pelaksana BPBD DIY Danang Samsurizal serta jajaran pejabat tinggi madya dan pratama di lingkungan BNPB.
Baca Juga: Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne Diakui Bagian Cagar Biosfer Dunia
TTX merupakan rangkaian acara Asean Regional Disaster emergency Response simulation Exercise (ARDEX) dengan puncak kegiatan pada Bulan Agustus 2023 mendatang di Daerah Istimewa Yogyakarta. [WLC01]
Discussion about this post