Wanaloka.com – Secara harfiah, megathrust berarti patahan naik yang sangat besar. Indonesia, yang berada di atas ring of fire, memiliki wilayah yang luas dan rentan terhadap megathrust. Dengan demikian, gempa megathrust bukanlah hal yang baru di Indonesia.
“Dan beberapa lokasi terlihat kosong. Bukan berarti tidak ada potensi gempa, melainkan disebut ‘seismic gap’. Artinya, sebuah area yang memungkinkan terjadi gempa besar kapan saja,” jelas Peneliti Ahli Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa saat menjadi pembicara pada BRIN Insight Every Friday (BRIEF) edisi ke-128 dengan tema Mengenal Megathrust dan Mitigasinya, Jumat, 30 Agustus 2024.
Hasil riset yang telah banyak dilakukan dapat berkontribusi dalam upaya pengurangan risiko gempa. Megathrust beserta potensi gempanya adalah nyata dan merupakan bagian dari fenomena alam yang harus dihadapi dengan adaptasi dan mitigasi.
Baca Juga: Ada Rahasia Karst dan Gua di Banggai Sulawesi Tengah yang Baru Terungkap
“Semakin banyaknya riset yang dilakukan dan penerapan hasil riset yang berkembang, gempa megathrust pertama kali menjadi perhatian utama pada 2011. Upaya untuk menjembatani antara riset dan kebijakan sangat penting untuk membangun mitigasi terhadap megathrust,” ujar Koordinator Kelompok Riset Geohazard Risk & Resilience tersebut.
Berdasarkan data yang dikompilasi BMKG, banyak gempa megathrust yang terjadi di berbagai wilayah. Sebagian besar gempa megathrust dan tsunami terjadi di sepanjang Pulau Sumatera, beberapa di Pulau Jawa, dan cukup banyak di Indonesia Timur.
Berdasarkan peta gempa 2017 yang sedang diperbarui dan diproyeksikan selesai pada akhir 2024, lokasi megathrust di Indonesia umumnya terletak di sisi barat Sumatera hingga selatan Jawa.
Baca Juga: Harman Ajiwibowo, Peran Pengaman Pantai Hadapi Dampak Perubahan Iklim
“Bidang megathrust ini seukuran Pulau Jawa. Bayangkan jika bergerak 20 meter secara serentak, goncangannya akan sangat besar,” jelas dia.
Di selatan Jawa, megathrust terbentang sepanjang 1.000 km dengan bidang kontak selebar 200 km, yang menghujam hingga kedalaman sekitar 60 km. Bahkan terus mengakumulasi energi yang siap dilepas kapan saja.
Discussion about this post