Salah satu riset yang ia lakukan adalah pengobatan tradisional penyembuhan penyakit Osteoarthritis atau peradangan kronis di sendi.
Baca juga: Ini Prakiraan Cuaca Selama Libur Nataru hingga 5 Januari 2025 di Pulau Jawa
Kertia membandingkan antara metode pengobatan modern menggunakan Piroxicam, sementara pengobatan tradisional menggunakan tanaman herbal seperti kunyit, jahe, dan bawang merah. Baik Piroxicam maupun tanaman herbal ini memiliki kandungan anti-inflamasi yang berfungsi untuk meredakan peradangan.
Namun, dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa pengobatan tanaman herbal mampu menghambat perkembangan osteoartritis dengan risiko lebih rendah.
Selain obat-obatan herbal, Kertia juga menggabungkan metode penyembuhan tradisional lainnya seperti akupuntur, pijat tradisional, dan meditasi. Menurut dia, metode penyembuhan tradisional juga diwariskan nenek moyang secara turun temurun melalui kearifan lokal Nusantara ini patut dipelihara dan dikembangkan.
Baca juga: Anggota Baleg DPR, RUU Masyarakat Adat Mendesak agar Tak Terusir dari Tanah Leluhur
Ketekunan Kertia pada pengembangan obat tradisional ini mengantarkannya mendapatkan Penghargaan Anugerah UGM untuk bidang obat-obatan dan kebudayaan Indonesia. Penghargaan ini diberikan oleh Rektor UGM Prof. Ova Emilia pada puncak Dies Natalis UGM, Kamis, 19 Desember 2024.
Kertia mengaku bersyukur mendapatkan penghargaan tersebut dan berharap makin memotivasi dirinya dan peneliti lain agar lebih banyak melakukan riset yang mendalami tentang potensi obat tradisional dan tanaman herbal Indonesia. Tidak hanya sebagai metode penyembuhan, namun juga untuk mempertahankan warisan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
“Saya merasa bersyukur karena UGM memperhatikan kesehatan masyarakat melalui kearifan budaya leluhur, khususnya minuman jamu dan obat-obatan herbal,” ujar dia. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post