Bangunan pertama observatorium yang selesai dibangun diresmikan Gubernur Jenderal Fock pada 1 Januari 1923. Direktur Observatorium Leiden Prof. van de Sande Bakhuyzen mewariskan perpustakaan astronomi pribadinya bersamaan dengan tahun observatorium itu mulai beroperasi.
Baca Juga: Sudah 883 Gempa Guncang Kota Jayapura Papua dari Sejak Awal Tahun 2023
Pengadaan alat, seperti refraktor ganda dan alat-alat lain dilakukan secara bertahap. Termasuk pengadaan patung dari Bosscha yang dianggap telah memberikan banyak kontribusi untuk Hindia-Belanda, terutama di bidang astronomi.
Meskipun perkembangannya relatif cepat, observatorium ini tidak mampu menghasilkan banyak pencapaian astronomi pada tahun-tahun awal berdirinya. Sebab kurangnya personil.
Usai bangunan observatorium rampung pada 26 November 1928, Karel Bosscha meninggal dunia di perkebunan teh miliknya di daerah Malabar. Posisi ketua asosiasi pun digantikan Rudolf Kerkhoven hingga pensiun pada 1935.
Demikian pemaparan sejarah awal berdirinya Observatorium Bosscha oleh Astronom Belanda yang juga Sekretaris Jenderal dari International Astronomical Union periode 2006-2009, Dr. Karel A. van der Hucht. Ia menuliskannya dalam presentasi berjudul “The Early History of The Observatorium Bosscha 1921-2939”.
Baca Juga: Arif Nur Muhammad, Temukan Vaksin Covid-19 Halal Tanpa Penolakan Tubuh
“Dan Observatorium Bosscha memiliki karakteristik unik. Letaknya dekat dengan ekuator sehingga dapat mengamati kedua belahan bumi bagian utara dan selatan,” kata Karel dalam peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha pada 31 Januari 2023.
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Prof. Satryo. S. Brodjonegoro menambahkan penempatan Observatorium Bosscha di bawah garis khatulistiwa banyak memberikan manfaat dalam proses pengamatan objek-objek luar angkasa yang dilakukan. Para peneliti yang melakukan pengamatan di Bosscha akan mendapatkan cakupan pengamatan yang lebih luas sehingga hasil data yang diperoleh akan lebih banyak.
“Lokasi observatorium ini sudah sangat ideal. Tidak jarang banyak peneliti astronomi dari luar negeri yang merasa iri dengan privilege ini,” ucap Satryo. [WLC02]
Sumber: ITB
Discussion about this post