Minggu, 21 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Observatorium Bosscha Lahir di Tengah Keluarga Ilmuwan di Kebun Teh

Lokasi observatorium yang berada di bawah garis khatulistiwa dinilai unik. Mengapa?

Minggu, 5 Februari 2023
A A
Patung pendiri Observatorium Bosscha, Karel Albert Rudolf Bosscha. Foto itb.ac.id.

Patung pendiri Observatorium Bosscha, Karel Albert Rudolf Bosscha. Foto itb.ac.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Bangunan pertama observatorium yang selesai dibangun diresmikan Gubernur Jenderal Fock pada 1 Januari 1923. Direktur Observatorium Leiden Prof. van de Sande Bakhuyzen mewariskan perpustakaan astronomi pribadinya bersamaan dengan tahun observatorium itu mulai beroperasi.

Baca Juga: Sudah 883 Gempa Guncang Kota Jayapura Papua dari Sejak Awal Tahun 2023

Pengadaan alat, seperti refraktor ganda dan alat-alat lain dilakukan secara bertahap. Termasuk pengadaan patung dari Bosscha yang dianggap telah memberikan banyak kontribusi untuk Hindia-Belanda, terutama di bidang astronomi.

Meskipun perkembangannya relatif cepat, observatorium ini tidak mampu menghasilkan banyak pencapaian astronomi pada tahun-tahun awal berdirinya. Sebab kurangnya personil.
Usai bangunan observatorium rampung pada 26 November 1928, Karel Bosscha meninggal dunia di perkebunan teh miliknya di daerah Malabar. Posisi ketua asosiasi pun digantikan Rudolf Kerkhoven hingga pensiun pada 1935.

Demikian pemaparan sejarah awal berdirinya Observatorium Bosscha oleh Astronom Belanda yang juga Sekretaris Jenderal dari International Astronomical Union periode 2006-2009, Dr. Karel A. van der Hucht. Ia menuliskannya dalam presentasi berjudul “The Early History of The Observatorium Bosscha 1921-2939”.

Baca Juga: Arif Nur Muhammad, Temukan Vaksin Covid-19 Halal Tanpa Penolakan Tubuh

“Dan Observatorium Bosscha memiliki karakteristik unik. Letaknya dekat dengan ekuator sehingga dapat mengamati kedua belahan bumi bagian utara dan selatan,” kata Karel dalam peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha pada 31 Januari 2023.

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Prof. Satryo. S. Brodjonegoro menambahkan penempatan Observatorium Bosscha di bawah garis khatulistiwa banyak memberikan manfaat dalam proses pengamatan objek-objek luar angkasa yang dilakukan. Para peneliti yang melakukan pengamatan di Bosscha akan mendapatkan cakupan pengamatan yang lebih luas sehingga hasil data yang diperoleh akan lebih banyak.

“Lokasi observatorium ini sudah sangat ideal. Tidak jarang banyak peneliti astronomi dari luar negeri yang merasa iri dengan privilege ini,” ucap Satryo. [WLC02]

Sumber: ITB

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: 100 Tahun Observatorium Bosschagaris ekuatorgaris khatulistiwaGunung Tangkuban PerahuITBobservatorium astronomiObservatorium Bosscha

Editor

Next Post
Salah satu teleskop di Observatorium Bosscha. Foto itb.ac.id.

Ini Peran Para Pendiri dan Aneka Teleskop Observatorium Bosscha

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media