Sabtu, 26 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Olah Sampah Makanan Jadi Kompos, Atasi Emisi GRK secara Mandiri

Mengurangi sampah organik merupakan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Salah satunya dengan mengolah sampah organik menjadi kompos. Mengapa kompos?

Senin, 27 Februari 2023
A A
Kegiatan Gerakan Nasional Compost Day, Kompos Satu Negeri. Foto ppid.menlhk.go.id.

Kegiatan Gerakan Nasional Compost Day, Kompos Satu Negeri. Foto ppid.menlhk.go.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Ia mengakui, penuntasan masalah sampah bukan hal yang mudah. Composting atau membuat kompos dari sampah organik merupakan aktualisasi paradigma baru dalam pendekatan penanganan persampahan.

“Metode kompos dapat membuat sampah menjadi berkah. Dengan kata lain menjadikan sampah sebagai bahan bernilai ekonomi secara langsung maupun tidak langsung. Dapat disebut sebagai bagian dalam pendekatan ekonomi sirkuler,” kata Siti.

Kompos telah dikenal masyarakat selama puluhan tahun dan dipakai secara konvensional di berbagai tempat, di desa atau di kota, yaitu mengubah sampah menjadi menjadi pupuk organik. Sampah bekas makanan, sayuran dan organik lainnya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman.

Baca Juga: Jokowi Serahkan SK TORA dan Perhutanan Sosial kepada Masyarakat

“Jadi kompos sudah ada dan melekat dalam kehidupan keseharian. Tapi belum kuat konsisten dilakukan, yaitu orientasi sampah organik menjadi pupuk,” imbuh Siti.

Peran kompos penting untuk menyuburkan tanah, menambah kandungan organic matter pada tanah soil, serta meningkatkan water holding capacity butir-butir tanah yang berguna bagi kesuburan tanah melalui perbaikan tekstur dan struktur tanah.

Kandungan humus menandakan tanah subur. Lantaran terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat, sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah, stabil dan berwarna coklat kehitaman. Lapukan yang berusia sekitar 100 tahun akan membentuk lapisan atas tanah atau top soil kira-kira setebal 1 cm. Lapisan itu disebut juga sebagai humus. Dalam tekstur tanah, pengendapan lapukan tersebut membentuk silty yang sangat subur.

Baca Juga: Gempa Pulau Morotai Mag 6,8 Guncangannya Dirasakan Skala IV MMI

Siti berharap seluruh masyarakat di Indonesia dapat memilah dan mengolah sampah organik yang berasal dari rumah tangga secara mandiri. Jika langkah itu dilakukan setiap tahun, maka 10,92 juta ton sampah organik tidak dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA). Bahkan dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 6,834 juta ton CO2eq.

“Kompos itu mudah dan bermanfaat. Jangan takut untuk mulai mengompos, hanya perlu kemauan untuk mencoba,” pesan Siti.

Secara teknis, composting atau pembuatan kompos merupakan proses penguraian materi organik oleh konsorsium miroorganisme pada kondisi kecukupan oksigen dan air yang menghasilkan kompos.

Baca Juga: Operasi Kemanusiaan Terbesar dan Histori Hubungan Indonesia-Turki

“Proses pembuatan kompos yang baik, tidak menghasilkan bau,” jelas periset PRLTB BRIN, Firman L. Sahwan.

Membuat komposter skala rumah tangga terdiri dari tiga tipe, yaitu tipe anaerobik (tertutup rapat) menghasilkan pupuk cair, tipe semi aerobik (perlu sedikit udara) menghasilkan kompos padat dan pupuk cair, serta tipe aerobik (perlu kecukupan udara) menghasilkan kompos padat.

“Peralatannya sederhana. Setiap rumah dapat membuat komposter sesuai dengan tujuan dan kebutuhan,” imbuh Firman.

Sejumlah periset BRIN tengah berfokus pada riset pengelolaan sampah. Prasetyadi misalnya, berfokus soal memanfaatkan sampah makanan untuk menghasilkan biogas dan effluennya untuk pupuk menggunakan reaktor biogas.

Baca Juga: Warga Poco Leok Resah, Proyek PLTP Ulumbu yang Abaikan Lingkungan akan Diperluas

Kemudian Periset PRLTB BRIN Sri Wahyono juga menaruh perhatian khusus pada sampah makanan dengan menjadikannya makanan maggot menggunakan Maggot Composter (MagComp). Maggot merupakan fase pertama kehidupan lalat, yang memiliki karakteristik hidup bergantung pada sisa makanan dan rakus menyantap sampah makanan. Maggot yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti lele.

Kepala PRLTB BRIN Sasa Sofyan Munawwar menambahkan PRLTB BRIN sangat terbuka untuk kerja sama maupun pendampingan dalam memanfaatkan teknologi tepat guna, khususnya untuk pengolahan sampah. [WLC02]

Sumber: KLHK, BRIN

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Compost DayEmisi gas rumah kacamembuat kompossampah makanansampah organikzero waste zero emission

Editor

Next Post
Guncangan gempa dangkal di darat Sigi, Sulawesi Tengah dengan kekuatan 5,5 magnitudo pada Senin, 27 Februari 2023, dirasakan di tiga provinsi. Foto tangkap layar episenter gempa dangkal di darat Sigi berdasarkan koordinat BMKG.

Gempa Dangkal di Darat Sigi 5,5 Magnitudo Dirasakan di 3 Provinsi

Discussion about this post

TERKINI

  • Mahkamah Konstitusi menolak pengajuan uji formil UU KSDAHE, 17 Juli 2025. Foto Dok. AMAN.MK Tolak Uji Formil UU KSDAHE, Dissenting Opinion Dua Hakim Sebut Ada Pelanggaran
    In News
    Kamis, 24 Juli 2025
  • Rapat Koordinasi Penanganan Karhutla di Riau, 23 Juli 2025. Foto Dok. BMKG.Juli Puncak Kemarau di Riau, Potensi Karhutla Meningkat hingga Awal Agustus
    In News
    Kamis, 24 Juli 2025
  • Ilustrasi gajah di kawasan DAS Peusangan, Aceh. Foto WWF Indonesia.Lahan Konservasi Gajah dari Prabowo, Pakar Ingatkan Kepastian Status Lahan dan Kesesuaian Habitat
    In News
    Rabu, 23 Juli 2025
  • Komisi XIII menerima audiensi LEM UII Yogyakarta terkait RUU Masyarakat Adat di Gedung DPR, 21 Juli 2025. Foto Runi-Andri/Parlementaria.Lebih Dua Dekade, Baleg dan Komisi XIII DPR Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat
    In News
    Rabu, 23 Juli 2025
  • Peresmian Pusat Komando Peringatan Dini Multi Bahaya di Jakarta, 21 Juli 2025. Foto BMKG.Fondasi Gedung Pusat Komando Peringatan Dini Multi Bahaya Sedalam 30 Meter
    In IPTEK
    Rabu, 23 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media