“Dengan beban pengeluaran sebesar itu, Menteri Keuangan dengan entengnya menambah kuota Pertalite sebesar 5 juta KL,” kata Fahmi.
Selain pengeluaran riil subsidi BBM (cash out flow), ada juga tambahan pemasukan riil (cash inflow) dalam APBN akibat kenaikan harga komoditi ekspor yang meningkat.
Baca Juga: Temuan Ombudsman DIY: Minyak Goreng Langka, Dijual di Atas HET
Berdasarkan komposisi tambahan pemasukan dan pengeluaran APBN 2022, Fahmi menegaskan sesungguhnya tidak ada urgensi menaikkan harga BBM subsidi pekan ini.
“Bahkan tidak juga tahun ini,” kata Fahmi.
Pekan lalu, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo dimungkinkan akan mengumumkan kenaikan harga Pertalite dan solar pekan ini. Informasi yang beredar, harga BBM subsidi terbaru menjadi Rp10 ribu per liter Pertalite dan Rp8.500 per liter solar.
Sejauh ini, Jokowi sebatas mengingatkan dampak kenaikan harga BBM subsidi, yakni kenaikan inflasi dan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional. Ia memerintahkan jajarannya untuk menghitung secara detail sebelum mengambil keputusan menaikkan harga BBM subsidi.
Baca Juga: Dua Bakteri Ini Jadi Solusi Pencemaran Minyak Bumi di Laut
“Semuanya saya suruh hitung betul, hitung betul sebelum diputuskan,” kata Jokowi dalam keterangannya usai meninjau progres renovasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta, Selasa, 23 Agustus 2022.
Alasannya, kenaikan harga BBM subsidi akan berpengaruh besar terhadap hajat hidup orang banyak.
“Jadi semuanya harus diputuskan secara hati-hati, dikalkulasi dampaknya. Jangan sampai dampaknya menurunkan daya beli rakyat, menurunkan konsumsi rumah tangga,” tutur Jokowi. [WLC02]
Discussion about this post