Selasa, 1 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Pelibatan Petani Lokal dan Petani Muda Jadi Kunci Keberhasilan Food Estate?

Proyek food estate perlu ditinjau kembali mengingat proses in-prosedural dan dampak kebijakan tersebut terkesan dipaksakan.

Sabtu, 26 Oktober 2024
A A
Lahan proyek food estate yang memakan lahan hutan. Foto Dok. Greenpeace.

Lahan proyek food estate yang memakan lahan hutan. Foto Dok. Greenpeace.

Share on FacebookShare on Twitter

Baca Juga: IPB University Teliti Populasi Ikan Red Devil yang Resahkan Nelayan Danau Toba

Terdapat potensi konflik yang tinggi antara pengelola dengan masyarakat atau antar masyarakat. Faktor sosial budaya dan ekonomi masyarakat setempat, termasuk masyarakat adat menjadi kunci kesuksesan program.

“Tanpa perencanaan dan pelaksanaan yang tepat akan terjadi kerugian ekologi pasti. Ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pun sebatas angan-angan. Sehingga perlu data akurat,” kata dia.

Rencana cetak lahan baru 3 juta Ha

Rencana program cetak sawah atau lahan baru seluas 3 juta hektare oleh Prabowo melalui Kementerian Pertanian harus dilakukan dengan cermat. Jika berhasil, maka akan menghasilkan jutaan ton beras yang bisa membantu mengurangi alokasi impor.

Baca Juga: Simocakap, Cegah Kebakaran Lahan Gambut Berbasis Teknologi dan Partisipasi Masyarakat

“Cetak sawah baru 3 juta hektare lahan di Indonesia timur memang menjanjikan untuk bisa menghasilkan jutaan ton beras. Jika gagal, maka akan kehilangan ratusan miliar,” papar anggota Komisi IV DPR RI Riyono dalam keterangan tertulis, Sabtu, 26 Oktober 2024.

Selama pemerintahan Jokowi, program ini juga sudah dijalankan. Cita-cita satu juta hektare baru terealisasi 500 ribu hektare di Indonesia timur dengan biaya triliunan rupiah. Sementara rencana anggaran biaya (RAB) konstruksi cetak sawah pada 2016 bagi 138 kabupaten sebesar Rp16 juta per hektare, khusus daerah Maluku dan Papua sebesar Rp19 juta per hektare.

Untuk cetak 600 ribu hektare sawah baru membutuhkan biaya rata-rata di luar Jawa Rp17 juta per hektare, sehingga minimal butuh Rp10 triliun lebih.

Baca Juga: Banjir Bandang Terjang 176 Rumah Warga di Bone Bolango

“Kalau 3 juta hektare, berapa triliun yang dibutuhkan? Sangat besar, harus bertahap dilakukan. Membutuhkan anggaran yang cukup besar untuk cetak sawah baru, Kementan harus bisa menyiasati anggaran yang ada. Jangan sampai mengulang kegagalan yang pernah terjadi,” lanjut Riyono.

Petani muda jadi solusi

Menurut Politisi Fraksi PKS ini, keberhasilan cetak sawah baru ada di pengelolanya. Petani muda menjadi solusinya, sehingga perlu meibatkan para sarjana pertanian menjadi petani sukses bersama cetak sawah baru.

Menurut data Badan Penyuluhan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) 2020 Kementan mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang. Hanya sekitar 8 persen dari total petani 33,4 juta orang. Sisanya lebih dari 90 persen masuk petani kolonial atau petani yang sudah tua.

Baca Juga: BMKG Sebut Gempa Pangandaran Dipicu Deformasi Batuan Dalam

“Kalau mau maju pertanian kita, PKS usulkan gaji petani muda kita, jadikan profesi petani menjanjikan. Lulusan pertanian jadikan petani sukses,”kata Riyono.

Semisal, dari 2,7 juta petani muda yang siap menjadi petani hanya 1 juta. Per orang akan mendapatkan gaji Rp5 jta per bulan. Dalam satu tahun, gaji 1 juta petani muda mencapai Rp60 triliun dalam 12 bulan atau satu tahun.

“Itu angka yang kecil bagi cita-cita mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan nasional,” kata Riyono. [WLC02]

Sumber: BRIN, DPR

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: food estatepetani lokalpetani mudaPusat Riset Kependudukan BRINswasembada pangan

Editor

Next Post
Pakar Teknik Metalurgi FTTM ITB, Prof. Zulfiadi Zulhan. Foto metallurgy.itb.ac.id.

Zulfiadi Zulhan, Produksi Logam Tanpa Jejak Karbon Lewat Reaktor Plasma Hidrogen

Discussion about this post

TERKINI

  • Gunung Rinjani. Foto Dok. Kemenpar.Belajar dari Kasus Juliana, Operator hingga Pendaki Harus Patuhi SOP Pendakian Ekstrem Gunung Rinjani
    In Traveling
    Sabtu, 28 Juni 2025
  • Ilustrasi badai dilautan. Foto dexmac/pixabay.comCuaca Ekstrem Intai Sepekan Depan, Waspada Liburan ke Puncak hingga Labuan Bajo
    In News
    Sabtu, 28 Juni 2025
  • Anggrek Dendrobium azureum. Foto Yanuar Ishaq Dwi Cahyo/Fauna & Flora International-Indonesia Programme.Anggrek Biru Raja Ampat Terancam Punah, Tapi Tak Dilindungi Hukum Indonesia
    In Rehat
    Jumat, 27 Juni 2025
  • PLTP Blawan Ijen, Kabupaten Bondowoso yang diresmikan secara hybrid oleh Presiden Prabowo Subianto, Kamis, 26 Juni 2025. Foto: BPMI Setpres.Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Panas Bumi dan Surya, Klaim Nol Emisi Karbon Tepat Waktu
    In News
    Jumat, 27 Juni 2025
  • Lahan proyek food estate yang memakan lahan hutan. Foto Dok. Greenpeace.Komisi IV DPR Janji Undang Aktivis Lingkungan untuk Bahas UU Baru Kehutanan
    In News
    Kamis, 26 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media