Wanaloka.com – Guru Besar dari Kelompok Keahlian Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB), Prof. Zulfiadi Zulhan menyampaikan bahwa logam yang ada di muka bumi berasal dari meteor. Logam tersebut kemudian bereaksi dengan air dan oksigen sehingga berkarat dan menjadi bijih.
Keberadaan bijih akan dipetakan kegiatan eksplorasi teknik geologi dan teknik geofisika. Selanjutnya, proses penambangan bijih dilakukan oleh teknik pertambangan. Hingga akhirnya sampai di pabrik pengolahan yang menjadi tanggung jawab teknik metalurgi.
Bijih yang sudah masuk ke pabrik pengolahan akan melalui berbagai proses hingga akhirnya menjadi logam. Proses yang dilalui adalah kominusi, konsentrasi, ekstraksi, dan pemurnian. Tidak hanya mengolah logam, teknik metalurgi juga berperan dalam mendaur ulang logam yang sudah tidak terpakai menjadi logam baru lagi.
Baca Juga: Pelibatan Petani Lokal dan Petani Muda Jadi Kunci Keberhasilan Food Estate?
Sementara kenaikan temperatur muka bumi sudah mencapai angka 1,58 derajat Celcius. Salah satu kontributornya adalah industri pengolahan logam menggunakan blast furnace yang menghasilkan emisi CO cukup banyak.
“Masalah ini harus segera diatasi sebelum menyebabkan risiko kekeringan, gelombang panas, juga curah hujan yang tidak teratur,” kata Zulfiadi dalam Orasi Ilmiah Guru Besar yang digelar di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu, 12 Oktober 2024.
Dalam pidato orasi imiahnya yang berjudul “Reaktor Plasma Hidrogen untuk Produksi Logam yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan”, Zulfiadi menjelaskan upaya memproduksi logam yang tidak meninggalkan jejak karbon adalah melalui reaktor plasma hidrogen yang memanfaatkan hidrogen sebagai reduktornya.
Baca Juga: Food Estate Terbukti Gagal dan Rugikan Petani, Koalisi Sipil Tuntut Hentikan
“Hingga saat ini telah dilakukan berbagai percobaan dalam skala laboratorium untuk memproduksi logam menggunakan reaktor plasma hydrogen,” jelas dia.
Discussion about this post