“Kegiatan ini perlu dilakukan rutin bagi pengelola dan penggiat alam bebas, agar pengelola dan pegiat wisata minat khusus pendakian gunung memiliki keterampilan penanganan masalah medis yang baik,” kata Itok.
IMMS 2024 dibuka secara resmi oleh dokter Reyner selaku Founder Dokter Pendaki sekaligus penggagas acara IMMS. Dalam sambutannya, Reyner mengatakan kegiatan ini penting sebagai wadah untuk mempertemukan, antara para profesional, praktisi petualangan/pendakian gunung dengan tenaga ahli kesehatan/kedokteran. Harapannya, bisa saling berbagi ilmu, kompetensi dan pengalaman, untuk mewujudkan kegiatan pendakian gunung yang aman dan nyaman.
“Gerakan positif ini tidak hanya berhenti dalam acara ini, tetapi para pihak atau peserta yang hadir dapat berbagi dan menyebarkan ilmu yang didapatkan di dalam komunitas atau organisasi masing-masing,” kata Reyner.
Baca Juga: Mengamati Terumbu Karang dan Perilaku Jalak Bali di TN Bali Barat
Pelaksanaan IMMS 2024 terbagi dalam dua sesi, yaitu workshop dan simposium. Workshop yang bertemakan Wilderness Medicine in Practice yang diselenggarakan pada 23 November 2024 diikuti oleh 150 peserta secara luring. Sedangkan simposium bertema “Safe Mountaineering for All” dilaksanakan di hari berikutnya dan diikuti 150 peserta luring dan lebih dari 100 peserta daring.
Peserta berasal dari latar belakang yang beragam antara lain, dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan, pelajar, mahasiswa, dosen, pendaki gunung, pemandu gunung, hingga anggota organisasi pecinta alam dengan rentang usia yang beragam mulai 15 hingga 72 tahun.
Kegiatan IMMS diakhiri dengan penguatan komitmen untuk bersama-sama berkolaborasi membangun kesadaran pentingnya keselamatan, keamanan dan kenyamanan dalam beraktivitas wisata pendakian gunung yang akan disatukan dalam sebuah wadah/gerakan “Indonesia Wilderness Medicine Society”. [WLC02]
Sumber: Kemenparekraf
Discussion about this post