Wanaloka.com – Sebanyak seribu bibit tanaman Habbatussauda atau jintan hitam ditanam dalam rangka memperingati Hari Jamu Nasional di Dusun Ngepringan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman pada 27 Mei 2023. Program hasil kerja sama Herbangin plus Habbatussauda dengan PSOH (Pusat Studi Obat Herbal) Farmasi UII (Universitas Islam Indonesia) tersebut diklaim penanaman dalam jumlah terbanyak sehingga memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri).
Penanaman bibit Habbatussauda dinilai penting karena merupakan bahan pembuatan berbagai produk kesehatan herbal yang banyak dikembangkan para praktisi herbal. Khasiatnya juga dinilai terbukti di dunia global dan banyak dibahas berbagai jurnal kesehatan internasional.
“Program ini sekaligus bentuk pelestarian tanaman habbatussauda yang telah terbukti khasiatnya serta merupakan anjuran dalam hadis Rasulullah SAW,” kata Dekan FMIPA UII Prof. Riyanto dalam siaran pers yang diterima Wanaloka.com pada 28 Mei 2023.
Baca Juga: Karhutla di Kota Palangkaraya Seluas Delapan Hektar Berhasil Dipadamkan
Habbatussauda popular sebagai bahan pembuatan obat herbal dan jamu. Kepopuleran dari habbatussauda tidak terlepas dari berbagai manfaat yang dipercaya ada kandungannya, seperti dipercaya untuk mengobati berbagai masalah kesehatan berupa menurunkan kolesterol, menurunkan berat badan, dan sebagainya.
Warisan Budaya
Sementara Fakultas Farmasi UGM memeriahkan Hari Jamu Nasional dengan sejumlah kegiatan. Seperti kampanye bertajuk “Djamoe (Djampi Oesodo) Kecanggihan Warisan Budaya dan Spiritualitas Bangsa Indonesia yang Tersaintifikasi” di Alun-Alun Kidul Yogyakarta. Juga Sharing Session dengan tema “Mengenal Produksi Jamu Modern” bersama praktisi industri obat tradisional.
“Jamu merupakan warisan turun temurun. Mesti dikenalkan ke seluruh masyarakat Indonesia dan generasi milenial,” tutur Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof. Satibi.
Baca Juga: Kepala BMKG Dicalonkan Sebagai Presiden WMO, Siapkan Tiga Misi Utama
Satibi menuturkan, sebagai warisan turun temurun jamu memiliki keunggulan tinggi karena berasal dari keragaman budaya, kearifan lokal, dan keragaman hayati yang tinggi. Bukti empiris menunjukkan jamu dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat, baik dalam upaya promosi maupun preventif.
Selain memberikan manfaat kesehatan, jamu memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pengembangan jamu menjadi salah satu produk ekonomi kreatif perlu memperoleh dukungan dari berbagai pihak agar dapat semakin dikenal dan mampu bersaing di kancah dunia.
“Sudah saatnya jamu dikembangkan menjadi komoditas yang kompetitif di tingkat lokal, regional, maupun global,” imbuh Satibi.
Baca Juga: Deforestasi IKN 30 Persen, Butuh Waktu 99 Tahun Menghutankan Kembali
Discussion about this post