Wanaloka.com – Mengutip dari World Risk Index (WRI) 2023, Indonesia menempati posisi kedua negara dengan indeks risiko bencana alam tertinggi setelah Filipina dengan skor 43,5 WRI. Tak heran, Indonesia menjadi laboratorium kebencanaan yang memiliki peran menjadi center of excellent dalam bidang kebencanaan. Sebab berbagai jenis sumber bencana alam yang terjadi di Indonesia sudah lengkap.
Berdasarkan data kejadian bencana, seharusnya banyak hal yang bisa dipelajari untuk dijadikan modalitas bahan studi sampai menjadi inovasi dan teknologi dalam pengurangan risiko bencana. Layaknya mendiagnosa suatu penyakit, pendekatan deteksi sumber bahaya dapat dilakukan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Pengetahuan tentang risiko, teknologi, diseminasi, dan respon masyarakat membentuk sebuah siklus yang dapat membuat sistem peringatan dini semakin akurat dalam mendeteksi bencana di masa depan,” kata Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, Udrekh saat acara NGOPI (Ngobrol Pintar) Bareng BNPB di Studio BNPB pada tanggal 18 Juli 2024.
Baca Juga: Jadikan Pengelolaan Sampah Gaya Hidup Menuju Zero Waste Zero Emission 2050
Idealnya, semakin berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi, deteksi bencana akan semakin akurat dan dampak kerugian akan semakin berkurang. Hal ini sejalan dengan prinsip pengurangan risiko dan resiliensi berkelanjutan dengan salah satu komponennya yaitu mendorong Sains, Engineering, Teknologi dan Inovasi dalam unsur perencanaan pembangunan.
Perkembangan teknologi peringatan dini tidak lepas dari keterlibatan berbagai unsur termasuk akademisi, perekayasa, dan industri swasta. Komite Remote Sensing, Perkumpulan Pusat Kajian Teknologi dan Inovasi (CTIS) Agustan menjelaskan, ada berbagai macam produk EWS yang sudah dikembangkan oleh perekayasa dan peneliti untuk mendeteksi gejala alam hidrometeorologi dan seismotektonik. Baik berupa sensor tinggi muka air, Alat Deteksi Longsor (ADeL), SIJAMPANG, Rapid Timer, dan Rumah Tahan Gempa. Berbagai inovasi ini dinilai sudah siap diindustrialisasikan secara masal dan dimanfaatkan BNPB sebagai end user.
Deniji dari Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM adalah contoh lain dari inovasi teknologi kebencanaan anak bangsa. Alat ini mempunyai kemampuan mendeteksi naiknya muka air pada jalur aliran sungai sebagai alat peringatan dini yang akan diteruskan ke masyarakat melalui BPBD setempat.
Discussion about this post