Wanaloka.com – Petani dari NTT, Maria Loretha menceritakan bagaimana kehidupan petani di Pulau Adonara yang masih mempertahankan tradisi konsumsi jagung lokal dan sorgum sebelum panen besar. Sekolah Agro Flores yang ia dirikan juga mengajarkan metode pertanian organik berbasis kearifan lokal, seperti penggunaan pupuk alami dan sistem rotasi tanam.
Menurut dia, petani harus menjadi inovator dalam menghadapi tantangan iklim dan keterbatasan sumber daya. Petani juga memiliki potensi untuk menciptakan solusi sendiri yang sangat relevan dengan kondisi lokal.
“Sesungguhnya, merekalah profesor sejati yang memiliki ilmu mempertahankan benih dan lahan, mengatur sirkulasi tanaman, hingga menjaga keberlanjutan itu,” tandas Maria dalam webinar #TNCTalksE09 yang diselenggarakan Tani dan Nelayan Center (TNC) IPB University.
Baca juga: Bibit Siklon Tropis di Laut Timor Menguat, Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter
Dengan demikian, kearifan lokal dalam pertanian itu penting. Petani tidak sekadar produsen pangan, tetapi juga penjaga tradisi dan keanekaragaman hayati.
Sementara pendiri Siantar Sehat, Apni Olivia Naibaho berbagi pengalaman mengembangkan pertanian organik di Sumatera Utara. Ia mendirikan Siantar Sehat pada 2013 dengan tujuan mengubah stigma bahwa petani identik dengan kemiskinan.
Menurut Apni, pertanian organik adalah solusi bagi petani untuk lebih mandiri dan berdaulat atas tanah serta pupuk yang digunakan. Ia mengajarkan para petani cara membuat pupuk organik dari bahan alami, seperti cangkang telur, serabut kelapa, dan limbah ikan. Ia juga memperkenalkan model pemasaran digital yang memungkinkan hasil panen terjual langsung ke konsumen melalui platform online.
Baca juga: Putu Santikayasa, Regulasi Ketat Modifikasi Cuaca Cegah Dampak Buruk Lingkungan
Apni menekankan bahwa pertanian organik bukan sekadar metode bertani, melainkan juga sebuah gerakan menuju kemandirian pangan. Ia menutup sesi dengan pernyataan kuat.
“Jika ingin mewujudkan swasembada pangan, maka pertanian organik adalah solusinya,” tegas dia.
Partisipasi petani dalam swasembada pangan
Dekan Fakultas Pertanian IPB University, Prof. Suryo Wiyono menyatakan, bahwa 99 persen produk pangan di Indonesia berasal dari pertanian rakyat. Sehingg keberhasilan program swasembada pangan sangat bergantung pada partisipasi aktif petani dengan memerhatikan tiga aspek utama, yaitu keberhasilan, keberlanjutan, dan resiliensi.
Baca juga: Gempa Bogor M4,1 Dipicu Sesar Citarik yang Pernah Aktif Sejak 1968
Discussion about this post