Menteri LHK Siti Nurbaya Abubakar menjelaskan, beberapa manfaat yang diperoleh dari pengelolaan air limbah di lingkungan msjid tersebut adalah manfaat lingkungan. Meliputi penurunan beban pencemaran air dan perbaikan kualitas air serta peningkatan lahan terbuka hijau; manfaat sosial berupa tersedianya fasilitas informasi, pendidikan dan interaksi sosial masyarakat.
“Serta manfaat ekonomi berupa meningkatnya ketersediaan air bersih dan pengurangan biaya pemakaian air bersih,” ujar Siti saat meresmikan penggunaan sejumlah instalasi tersebut di kompleks Masjid Istiqlal pada 23 Juni 2019 lalu.
Pembangunan sarana pengendalian pencemaran air dilatarbelakangi kualitas air Sungai Ciliwung yang sangat memprihatinkan, tuntutan penurunan beban pencemaran air sungai dan air tanah, tuntutan pengelolaan air bersih dan limbah secara efektif, efisien dan berwawasan lingkungan, serta makin tingginya kebutuhan air bersih di Masjid Istiqlal.
Baca Juga: Irwan Meilano, Gempa M6,2 Bukti Ada Potensi Gempa Merusak Selain Megathrust
Inovasi dalam hal penyediaan sumber air baku telah menjadi perhatian yang penting. Salah satu alternatif yang banyak mendapat perhatian di banyak negara di dunia adalah menggunakan daur ulang air limbah, khususnya air limbah perkotaan (municipal waste) sebagai salat satu sumber air baku untuk penyediaan air bersih.
Misi WWF ke-10
Upaya preservasi air sudah seyogyanya dapat dipelajari dan direplikasi oleh masjid-masjid lainnya di Indonesia karena teknologinya cukup sederhana. Yakni hanya memisahkan antara air wudu dan air buangan kamar mandi, kemudian disaring dan digunakan kembali untuk menyiram tanaman atau jalanan.
Data Sistem Informasi Masjid (Simas) Kementerian Agama (Kemenag) per 1 Mei 2024 menyebut terdapat sebanyak 299.644 masjid di Indonesia. Jika mencoba menakar dengan penghitungan sederhana, jika 100 orang yang berwudu dan masing-masing berhemat 1 liter air di ratusan ribu masjid tersebut setiap harinya, maka seluruh masjid di Indonesia dapat menghemat air sebanyak 29.964.400 liter air setiap harinya.
Baca Juga: Benih Padi Cerdas Iklim 9G, Inovasi IPB University yang Tahan Hama dan Efisien
Tentunya, angka dapat dapat berlipat ganda, mengingat banyak variabel yang perlu dikalkulasikan untuk menghitung seberapa banyak air yang dapat dimanfaatkan kembali. Namun yang jelas, upaya tersebut merupakan kontribusi nyata masyarakat Indonesia dalam upaya melakukan preservasi air.
Hal tersebut senada dengan misi yang dibawa pada World Water Forum ke-10 yang akan diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024 mendatang dengan tema “Water for Shared Prosperity” atau Air untuk Kemakmuran. Tema tersebut berfokus membahas empat hal, yakni konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters).
Pemerintah Indonesia selaku tuan rumah bertekad untuk memperjuangkan inovasi pendanaan berkelanjutan bagi infrastruktur air bersih dan sanitasi di Indonesia. Serta mendorong pembentukan Global Water Fund di ajang World Water Forum Ke-10, untuk merespons ketimpangan anggaran dan mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 6, yaitu pemenuhan akses air bersih dan sanitasi bagi semua.
Baca Juga: Rumah Terdampak Gempa Garut Magnitudo 6,2 Bertambah di 12 Wilayah
Dalam upaya menjaga keberlanjutan sumber daya air dan melindungi lingkungan, praktik hemat air merupakan langkah kecil. Namun dapat dilakukan setiap hari. Dengan kesadaran dan tindakan bijaksana dalam mengelola penggunaan air, masyarakat dapat berkontribusi secara positif terhadap masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Hemat air bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga jadi komitmen bersama untuk menjaga kehidupan dan keberlangsungan ekosistem di planet ini. [WLC02]
Sumber: PPID Kementerian LHK, World Water Forum Pedia
Discussion about this post