Wanaloka.com – Salah satu narasi kampanye Program Makan ergisi Gratis (MBG) yang diinisiasi pemerintah melalui Badan Gizi Nasional Adalah untuk menekan angka malnutrisi dan stunting, sekaligus menyiapkan generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045. Setiap piring yang tersaji bukan sekadar makanan, tetapi simbol investasi bangsa untuk masa depan.
Namun, di balik piring-piring bergizi itu, persoalan lingkungan khususnya pengelolaan sampah harus menjadi fokus. Sampah sisa makanan diangkut ke Tempat Pengelolaan Sementara (TPS) tanpa pemilahan. Sementara air limbah dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) belum melewati uji kualitas sebelum dibuang ke badan air.
Meski sudah tersedia Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), sistemnya masih sederhana dan berpotensi menimbulkan dampak pada lingkungan. Selain itu, limbah minyak bekas memasak juga menjadi problem. Meski di dapur sudah ada pihak yang mengambil minyak jelantah, persoalan ini tetap harus menjadi perhatian bersama.
Baca juga: Oktober 2025, KLH Terbitkan Aturan Pemanfaatan Sampah Organik untuk Pupuk Organik
Demikian hasil kunjungan Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah, Hanifah Dwi Nirwana ke di SDN 2 Loktabat Selatan, SMPN 2 Banjarbaru dan SPPG Banjarbaru di Kalimantan Selatan pada 1-2 September 2025.
Hanifah menekankan pentingnya langkah cepat untuk mengintegrasikan gizi dan kepedulian lingkungan.
“Kami mendorong sekolah dan dapur SPPG mulai memilah sampah sejak dari sumbernya serta memastikan limbah cair diolah dengan benar. Dengan pengelolaan sederhana yang konsisten, kita bisa menjaga anak-anak tetap sehat sekaligus mewariskan bumi yang lestari,” tegas Hanifah.
Baca juga: Pertemuan Menteri Lingkungan Hidup se-ASEAN, Krisis Lingkungan Global Tak Kenal Batas Negara
Sebagai tindak lanjut, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) berkomitmen memberikan pendampingan teknis. Fokus utamanya adalah membantu sekolah dan dapur SPPG mengolah sampah organik. Bukan lagi hanya pakan ternak, karena kebutuhan itu sudah dipenuhi sendiri oleh masyarakat.
Melainkan dengan menyiapkan kajian desain IPAL sederhana sesuai kebutuhan lokal agar limbah cair lebih aman sebelum masuk ke lingkungan. Sampah organik tersebut akan diproses menjadi kompos, antara lain menggunakan Lodong Sisa Dapur (Losida) atau dengan Teba Modern.
Losida adalah sistem pengelolaan sampah organik rumah tangga yang menggunakan wadah pipa pralon atau tong yang ditanam atau ditempatkan untuk mengolah limbah sisa makanan dan dapur menjadi kompos dan pupuk organik.
Baca juga: Blood Moon, Fenomena Alam Saat Bulan Purnama dan Dapat Diprediksi Jauh Hari
Sedangkan Teba modern adalah sistem modernisasi dari tradisi teba di Bali yang berfungsi menjadi lubang pengomposan besar untuk mengelola sampah organik secara mandiri, mengubahnya menjadi kompos untuk menyuburkan tanahyang lebih mudah dan sederhana.
Lebih jauh, program MBG di Banjarbaru juga membuka jalan bagi penerapan sirkular ekonomi. Limbah yang dihasilkan tidak sekadar dibuang, tetapi bisa kembali menjadi sumber daya bermanfaat, seperti kompos dari sisa organik dan minyak jelantah dimanfaatkan pihak ketiga.
Dengan begitu, MBG bukan hanya tentang makanan bergizi, tetapi juga tentang menciptakan ekosistem keberlanjutan yang memberi nilai tambah bagi masyarakat. Pesan besar dari program ini juga ditegaskan Menteri LH/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq.
Baca juga: Legislator NTT Desak APH Ungkap Kasus Kematian Vian Ruma Sesuai Fakta
“Makanan bergizi bukan hanya bekal bagi anak-anak kita, tapi juga amanah untuk bumi tempat mereka tumbuh,” tegas Hanif.
Ia mengajak sekolah, dapur penyedia, masyarakat, hingga pemerintah daerah untuk mulai mengelola sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dari lokasi masing-masing. Dengan begitu, bukan hanya menyiapkan generasi emas yang sehat, tetapi juga mengurangi sampah yang menumpuk di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan menjaga lingkungan tetap lestari.
SPPG Kuta
Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup (Pusdal LH) Bali Nusra Wilayah Bali melakukan pemantauan ke sejumlah SPPG di Kabupaten Badung dan Kabupaten Klungkung untuk mendukung Program MBG.
Discussion about this post