BMKG mendorong pemanfaatan data iklim dan prediksi cuaca ekstrem secara strategis. Gubernur dan kepala daerah diminta rutin memantau laporan BMKG sebagai dasar dalam pengambilan Keputusan, mulai dari pelaksanaan OMC, pengerahan pasukan darat, hingga edukasi masyarakat. Ia menekankan pentingnya kesiapsiagaan di tingkat daerah dan partisipasi aktif masyarakat dalam mengantisipasi risiko karhutla.
Pemerintah mengandalkan OMC
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni mengklaim OMC menjadi instrumen penting pencegahan karhutla yang berbasis data, bukan sekadar eksperimen. Keberhasilan OMC tidak hanya bergantung pada aspek teknis seperti penyemaian garam, terutama pada ketepatan waktu dan lokasi yang ditentukan analisis cuaca presisi dari BMKG.
Baca juga: Varietas Padi IPB 11S Bepe Cocok Ditanam di Lahan Dekat Pantai
“Kolaborasi ini memungkinkan tindakan cepat sebelum api meluas, terutama di wilayah-wilayah rawan yang sulit dijangkau melalui jalur darat,” kata Raja Juli.
BNPB dalam laporannya menyebutkan, hingga pertengahan tahun ini telah terjadi 278 kejadian karhutla. Di Riau, operasi terpadu yang melibatkan TNI, Polri, dan relawan dengan dukungan OMC dan helikopter water bombing, berhasil menekan eskalasi, meski situasi belum sepenuhnya aman.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto menekankan pentingnya koordinasi lintas instansi dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menghadapi karhutla. Ia menyatakan keberhasilan penanganan karhutla bukan semata soal jumlah personil atau peralatan, tapi bagaimana semua pihak bekerja serempak, cepat, dan terorganisir.
“Walaupun sudah ada kebakaran di mana-mana, kalau kita bekerja bersatu padu, saya kira itu bisa segera diatasi. Contohnya di Riau kemarin, semua unsur bergerak serentak. Langkah-langkahnya tidak perlu saya uraikan satu per satu, tapi pendekatan itu akan kami terapkan di wilayah lain jika kondisinya serupa,” kata Suharyanto. [WLC02]
Sumber: BMKG, Kementerian Kehutanan, BNPB
Discussion about this post