“Kita harus memastikan masyarakat memiliki pemahaman tentang potensi bahaya tsunami, sistem peringatan dini yang efektif, serta kemampuan merespons dengan cepat,” ujar dia.
Baca juga: Ini Prakiraan Cuaca Selama Libur Nataru hingga 5 Januari 2025 di Pulau Jawa
Sedangkan untuk daerah perkotaan seperti Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dan sedimen tanah yang rentan mengamplifikasi goncangan, upaya mitigasi gempa juga mencakup retrofitting atau penguatan struktur bangunan.
“Retrofitting sangat penting, terutama untuk bangunan di kawasan padat penduduk, karena goncangan kuat berpotensi menyebabkan kerusakan masif dan korban jiwa,” kata dia.
Sedangkan untuk kawasan industri, seperti Cilegon, potensi gempa juga dikhawatirkan dapat memicu kebakaran akibat kebocoran bahan bakar atau bahan kimia di pabrik-pabrik besar. Hal ini menjadi salah satu secondary hazard yang perlu diantisipasi melalui penerapan standar keamanan yang ketat.
Baca juga: Anggota Baleg DPR, RUU Masyarakat Adat Mendesak agar Tak Terusir dari Tanah Leluhur
Adaptasi, eduksi, kolaborasi
Sebagai upaya mitigasi kebencanaan, BRIN terus bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), BMKG, dan institusi terkait lainnya untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami, khususnya di Selat Sunda dan wilayah selatan Jawa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemasangan sensor deteksi perubahan muka air laut di kawasan rawan tsunami.
Peringatan 20 tahun tsunami Aceh menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan potensi bencana serupa di masa depan. Dengan dukungan riset dan teknologi, BRIN berharap mitigasi bencana dapat dilakukan lebih sistematis dan efektif. Mengingat kapan gempa akan terjadi tidak dapat diprediksi, tetapi manusia dapat mempersiapkan diri.
“Adaptasi, edukasi, dan kolaborasi adalah kunci untuk mengurangi risiko bencana,” imbuh dia.
Baca juga: Tiga Macan Tutul Jawa Asli TN Gunung Ciremai Terpantau Kamera Jebak
Dengan langkah-langkah mitigasi yang komprehensif, Indonesia diharapkan siap menghadapi potensi gempa megathrust dan tsunami masa mendatang. Juga mampu meminimalkan dampak kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan.
Dua dekade telah berlalu sejak gelombang dahsyat tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004, meninggalkan jejak duka yang mendalam di hati bangsa Indonesia dan dunia. Peristiwa ini tidak hanya menjadi salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah, tetapi juga simbol kekuatan, ketahanan, dan solidaritas manusia. Aceh, yang saat itu luluh lantak, kini bangkit menjadi wilayah yang lebih tangguh dengan infrastruktur yang diperkuat dan masyarakat yang lebih sadar akan mitigasi bencana. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post