Selain itu, penduduk yang berada di luar radius 5 km dan berada di luar sektoral 6 km harus meningkatkan kewaspadaan dengan tetap mematuhi arahan dari Pemerintah Daerah.
Baca juga: Erupsi Lagi, Status Vulkanik Gunung Ibu Naik Menjadi Awas
“Jika terjadi hujan abu, masyarakat yang beraktivitas di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kacamata) serta mewaspadai potensi lahar di sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung lbu, terutama bila terjadi hujan lebat di bagian puncak,” imbau Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid di Bandung, Rabu, 15 Januari 2025.
Ia juga mengingatkan, agar masyarakat di sekitar Gunung Ibu tetap tenang, tidak panik dan senantiasa mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Utara dan BPBD Halmahera Barat atau PVMBG Badan Geologi di Bandung.
Sebelumnya, Gunung lbu berstatus Siaga sejak 21 Juni 2024. Masa itu, Gunung Ibu mengalami erupsi rata-rata 70 kejadian per hari. Pada periode Januari 2025, ketinggian kolom erupsi fluktuatif dan teramati gejala peningkatan tinggi kolom erupsi menjadi maksimal 4.000 meter dari atas puncak.
Baca juga: Walhi Yogya dan FPG Tolak Pantai Pandansari Jadi Tempat Pengelolaan Sampah Sementara
Secara visual, aktivitas gunung ini mengalami peningkatan. Sejak 1 hingga 14 Januari 2025 terjadi empat kali letusan dengan ketinggian kolom erupsi mencapai 3.000 meter. Pada 11 Januari 2025 pukul 19:58 WIT serta 15 Januari 2025 pukul 07:1 1 WIT ketinggian kolom erupsi mencapai 4.000 meter dari kawah puncak.
Sejak sekitar awal Januari 2025, terdapat kecenderungan peningkatan kejadian gempa vulkanik dangkal dan gempa tektonik dengan sumber gempa di sekitar Gunung lbu, sehingga potensi terjadinya letusan meningkat.
“Dari data deformasi memperlihatkan inflasi yang mengindikasikan terjadi penggembungan pada tubuh gunung api akibat adanya tekanan fluida dari kedalaman,” ungkap Wafid. [WLC02]
Sumber: BNPB, Kementerian ESDM
Discussion about this post