Sabtu, 12 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Studi Oxford, Transisi Cepat ke Energi Terbarukan Lebih Mahal adalah Salah

Acapkali pemerintah dan sejumlah pihak menunda transisi energi dengan alasan berbiaya mahal. Hasil penelitian justru menunjukkan, transisi energi harus secepatnya demi menekan risiko kerusakan planet.

Jumat, 16 September 2022
A A
Ilustrasi panel surya. Foto schropferoval/Pixabay.com.

Ilustrasi panel surya. Foto schropferoval/Pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Studi peer-review oleh kelompok peneliti Oxford University yang terbit di jurnal Joule pada 13 September 2022 mengungkapkan, mencapai sistem energi net-zero karbon pada 2050 sangatlah mungkin dan menguntungkan. Bahkan transisi ke sistem energi dekarbonisasi pada 2050 diperkirakan menyelamatkan dunia setidaknya US$ 12 triliun dibanding melanjutkan penggunaan bahan bakar fosil seperti saat ini.

“Ada kesalahpahaman yang meluas, bahwa beralih ke energi bersih dan hijau akan menyakitkan, mahal dan penuh pengorbanan. Itu salah,” kata pimpinan tim penelitian di Institute for New Economic Thinking di Oxford Martin School, Profesor Doyne Farmer, dalam siaran pers yang diterima Wanaloka.com pada 15 September 2022.

Dengan kata lain, gagasan bahwa go green akan mahal adalah salah. Justru transisi cepat ke energi bersih lebih murah daripada transisi lambat, apalagi tanpa transisi. Penelitian tersebut merupakan kolaborasi antara Institute for New Economic Thinking di Oxford Martin School, Oxford Martin Programme di the Post-Carbon Transition and Smith School of Enterprise & Environment di University of Oxford, dan SoDa Labs di Monash University.

Baca Juga: Pelarangan Ekspor Batu Bara Bukan Solusi, Harus Percepat Transisi Energi Terbarukan

Farmer menjelaskan, biaya energi terbarukan turun selama beberapa dekade. Lebih murah daripada bahan bakar fosil dalam banyak situasi. Penelitiannya menunjukkan, energi terbarukan akan menjadi lebih murah dibanding bahan bakar fosil pada hampir semua penerapannya pada tahun mendatang.

“Jika mempercepat transisi, energi terbarukan secara cepat akan menjadi lebih murah. Mengganti bahan bakar fosil sepenuhnya dengan energi bersih pada 2050 akan menghemat triliunan,” kata Farmer menegaskan.

Sementara biaya nuklir telah meningkat secara konsisten selama lima dekade terakhir, sehingga sangat tidak mungkin untuk bersaing secara biaya dengan jatuhnya biaya energi terbarukan dan penyimpanan.

Baca Juga: Buku Green Energy, Indonesia Belum Optimalkan Energi Baru Terbarukan yang Melimpah

Apalagi dunia, Farmer menambahkan, sedang menghadapi krisis inflasi simultan, krisis keamanan nasional, dan krisis iklim. Semua itu disebabkan ketergantungan manusia pada bahan bakar berbiaya tinggi, tidak aman, menghasilkan polusi, dengan harga fluktuatif.

Studi ini menunjukkan, kebijakan ambisius untuk secara dramatis bertransisi secepat mungkin, bukan cuma sangat dibutuhkan demi alasan iklim. Melainkan juga untuk menghemat triliunan dolar secara global dalam biaya energi.

“Memberi kita energi yang lebih bersih, lebih murah, lebih aman pada masa depan,” imbuh Farmer.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: energi terbarukankrisis iklimkrisis keamanan nasionalmahalmurahOxfordtransisi energi

Editor

Next Post
Ilustrasi instrumen listrik. Foto image4you/pixabay.com

Migrasi Listrik 450 VA ke 900 VA Masih Wacana, Fokus Pendataan Subsidi

Discussion about this post

TERKINI

  • WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa dan Menkes Budi Gunadi Sadikin berkunjung ke Sampang, Madura dalam program eliminasi kusta, 8 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Kusta Bukan Penyakit Kutukan, Kusta Bisa Disembuhkan
    In Rehat
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Destinasi wisata di Danau Toba, Sumatra Utara. Foto Dok. Kemenpar.Konferensi Internasional Jadi Upaya Geopark Kaldera Toba Raih Kembali Green Card UNESCO
    In Traveling
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dietriech G Bengen. Foto Dok. Alumni IPB.Dietriech Geoffrey, Merkuri Masuk ke Perairan Lewat Limbah Industri hingga Keramba Jaring Apung
    In Sosok
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Suasana konferensi pers soal gugatan SLAPP terhadap dua Guru Besar IPB University oleh PT KLM di YLBHI, 8 Juli 2025. Foto YLBHI.Bambang Hero dan Basuki Wasis Tak Gentar Hadapi Gugatan SLAPP Perusak Lingkungan di Pengadilan Cibinong
    In News
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Pertemuan International Leprosy Congress (ILC) di Nusa Dua, Bali pada 7 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Menteri Kesehatan Janjikan Nol Kusta, Nol Disabilitas, Nol Stigma
    In News
    Selasa, 8 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media