Baca Juga: Genteng Energi Surya Buatan Mahasiswa UGM Bisa Dibersihkan Lewat Ponsel
Penelitian tersebut menunjukkan skenario win-win-win yang mengonfirmasi bahwa transisi cepat ke energi terbarukan menghasilkan biaya sistem energi lebih rendah dibanding bahan bakar fosil. Skenario juga menunjukkan, transisi menyediakan lebih banyak energi untuk ekonomi global dan memperluas akses energi ke lebih banyak orang di seluruh dunia.
Manfaat yang ditunjukkan dari transisi energi terbarukan melalui studi skenario “Fast Transition”, bahwa kemungkinan masa depan yang realistis untuk sistem energi bebas fosil pada 2050. Menyediakan layanan energi 55 persen lebih banyak secara global daripada sekarang dengan meningkatkan tenaga surya, angin, baterai, kendaraan listrik, dan bahan bakar ramah lingkungan seperti hidrogen hijau (terbuat dari listrik terbarukan).
Peneliti post-doktoral di Smith School of Enterprise and the Environment, Rupert Way menambahkan, studi masa lalu yang memprediksi biaya tinggi untuk transisi telah menghalangi perusahaan berinvestasi, Juga membuat pemerintah gugup menetapkan kebijakan mempercepat transisi energi dan mengurangi ketergantungan pada fosil. Tetapi biaya energi bersih telah turun tajam selama dekade terakhir, jauh lebih cepat dari yang diperkirakan pemodelan sebelumnya.
Baca Juga: Indonesia-Jepang Kerja Sama Transisi Energi, Investasi akan Dipermudah
“Penelitian terbaru kami menunjukkan, peningkatan teknologi hijau akan terus menurunkan biaya. Semakin cepat melakukannya, semakin hemat. Mempercepat transisi ke energi terbarukan merupakan pilihan terbaik. Bukan cuma untuk planet ini, tetapi juga untuk biaya energi,” kata Way.
Para peneliti menganalisis ribuan skenario biaya transisi yang dihasilkan model energi utama. Skenario menggunakan data 45 tahun biaya energi surya, 37 tahun biaya energi angin, dan 25 tahun untuk penyimpanan baterai. Temuannya, biaya riil energi surya turun dua kali lebih cepat dari proyeksi paling ambisius dalam model-model ini. Studi juga mengungkapkan, selama 20 tahun terakhir model-model sebelumnya sangat melebih-lebihkan biaya teknologi energi bersih masa depan.
Baca Juga: Manusia Tinggal Punya Waktu 7 Tahun Lagi untuk Menjaga Bumi
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, biaya energi fosil telah meroket sehingga menyebabkan inflasi di seluruh dunia. Studi yang dilakukan sebelum krisis saat ini, menghitung fluktuasi menggunakan data harga bahan bakar fosil selama lebih dari satu abad.
Krisis energi saat ini menggarisbawahi temuan penelitian dan menunjukkan risiko apabila terus bergantung pada bahan bakar fosil yang mahal dan tidak aman. Penelitian menegaskan, respons terhadap krisis harus mencakup percepatan transisi ke energi bersih berbiaya rendah sesegera mungkin, karena akan bermanfaat baik bagi ekonomi maupun planet ini. [WLC02]
Discussion about this post