Inovasi pemupukan seperti pupuk NPK–Zeolit berbasis Controlled Release Fertilizer (CRF) mampu meningkatkan hasil berbagai komoditas hingga 10–15 persen dibanding pupuk konvensional. Teknologi zeoponik memungkinkan tanaman bertahan hingga tiga minggu tanpa penyiraman intensif.
Baca juga: Cegah Diabetes dan Obesitas, Konsumsi 2-3 Sendok Teh Gula Pasir dan Perbanyak Buah
“Teknologi ini sangat membantu memulihkan hara pada tanah masam dan memulihkan degradasi bahan organik. Pengelolaannya juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman sehingga tercapai efisiensi nutrisi yang lebih baik,” papar dia.
Manfaat teknologi tanah bersifat strategis, yakni dapat mengurangi tekanan pada lahan subur, meningkatkan kapasitas produksi nasional, serta memperbaiki kesejahteraan petani di daerah terpencil.
“Kesehatan tanah adalah cerminan kesehatan bangsa. Tanah yang sehat menghasilkan pangan berkualitas, mensejahterakan petani, dan memperkuat kedaulatan pangan,” tegas Suwardi.
Baca juga: Koalisi Tolak Penambangan Gamping di Kawasan Karst Sagea di Halmahera Utara
Meski potensinya besar, ia menyebut penerapan teknologi tanah masih terkendala sejumlah hal. Antara lain biaya yang tinggi, keterbatasan kapasitas teknis petani, dan kebijakan yang belum terintegrasi lintas sektor.
Ia merekomendasikan kolaborasi publik–swasta, pendidikan petani, serta pemanfaatan teknologi digital seperti Internet of Things (IoT) dan Decision Support System (DSS) untuk memastikan keberhasilan transformasi lahan marginal menuju pertanian regeneratif.
“Petani lokal juga mesti berkolaborasi dengan perusahaan besar, misalnya pada pengelolaan kebun sawit di lahan gambut agar posisinya tidak tersingkirkan,” harap dia. [WLC02]
Sumber: IPB University







Discussion about this post