Wanaloka.com – Padi yang menjadi sumber pangan utama bagi lebih dari setengah populasi dunia tengah mengalami ancaman perubahan iklim dan tekanan produksi global. Perubahan iklim, degradasi sumber daya alam, dan melonjaknya permintaan pangan global menjadikan riset dan inovasi lebih penting untuk menjawab tantangan itu.
Peneliti dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina, Hung Nguyen Van berbagi praktik baik dari Vietnam melalui program satu juta hektare padi berkualitas tinggi dan rendah emisi. Inisiatif ini memadukan database iklim, teknologi pertanian presisi, mekanisasi yang efisien untuk memitigasi emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan produktivitas.
Strategi ini mencakup teknik alternate wetting and drying (AWD), manajemen pupuk spesifik lokasi, serta pendekatan pertanian sirkular pascapanen dengan manajemen jerami.
Baca juga: Dokumen Second NDC Disusun, Menhut Minta Lebih Realistis dan Teknokratis
“Kami juga mengembangkan aplikasi EasyFarm sebagai sarana petani dalam mengakses jadwal tanam, pupuk, dan alat pertanian,” terang Hung dalam Webinar PRTP Sharing Session #4 yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bertema “Research and Innovation to Improve the Efficiency and Sustainability of Rice Production”, Rabu, 11 Juni 2025.
Model ini membuka peluang kolaborasi adaptif bagi Indonesia melalui transfer pengetahuan dan pengembangan sistem pertanian rendah karbon.
Peneliti IRRI, Ando M. Radanielson menambahkan kontribusi signifikan pertanian padi terhadap emisi gas rumah kaca global. Sistem tradisional seperti perendaman lahan dan pembakaran jerami menjadi penyumbang utama metana dan nitrogen dioksida.
Baca juga: Maryati Surya, Tupai dan Bajing Itu Tak Sama
Untuk itu, IRRI mendorong pendekatan seed, scale, dan sustain (3S) sebagai kerangka integratif produksi padi rendah emisi.
Discussion about this post