Tim IPB University saat ini masih berfokus pada tahap taksonomi. Kemudian akan melanjutkan ke proses budi daya serta produksi.
Baca juga: Temuan Walhi di 10 Provinsi, Praktik Penertiban Kawasan Hutan Justru Melegalkan Kejahatan Negara
Penelitian awal menunjukkan bahwa Lentinula lateritia asal Indonesia memiliki karakter genetik yang berbeda dari isolat luar negeri yang tersedia di basis data internasional. Temuan ini mengindikasikan ada adaptasi khas terhadap ekosistem hutan tropis Indonesia, serta potensi kandungan senyawa bioaktif yang unik.
Kandungan senyawa fenolik dan polisakarida dalam jamur ini menunjukkan aktivitas antioksidan yang menjanjikan untuk dikembangkan dalam bidang pangan fungsional atau farmasi. Namun, pemanfaatannya tetap harus berbasis riset ilmiah yang kuat agar tidak menimbulkan risiko di kemudian hari.
Kolaborasi masyarakat adat juga menyoroti keterbatasan sumber daya manusia sebagai tantangan dalam eksplorasi jamur di Indonesia. Dengan luas wilayah yang besar, jumlah ahli taksonomi jamur di Indonesia dinilai masih sangat sedikit.
Baca juga: Artefak Hasil Ekskavasi 15 Tahun Lalu Dikembalikan ke Labuan Bajo
Untuk mengatasi hal tersebut, Ivan menjalin kerja sama dengan masyarakat lokal, termasuk masyarakat adat. Mereka dilatih untuk mendokumentasikan, memotret, dan mengawetkan sampel jamur sebelum dikirim ke laboratorium IPB di Bogor.
Selain itu, kolaborasi juga dilakukan melalui komunitas daring seperti grup Facebook “Komunitas Pemburu Jamur Indonesia” yang kini memiliki lebih dari 200 ribu anggota. Komunitas ini menjadi sumber informasi lapangan yang sangat membantu dalam pemetaan sebaran jamur di Indonesia.
Ivan berharap lebih banyak pihak terlibat dalam eksplorasi dan konservasi jamur liar Indonesia.
“Kita tidak perlu mencari kebaruan terlalu jauh, karena jutaan spesies jamur di negeri ini belum terungkap. Justru mereka yang mencari kita,” ucap dia. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post