Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Wahyu Wilopo, Mata Air Keruh Muncul di Kaki Lereng Jadi Penanda Rawan Longsor

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menyelamatkan diri, yaitu mengenali dan memahami risiko di sekitar.

Minggu, 26 Januari 2025
A A
Pakar Geologi UGM, Prof. Wahyu Wilopo. Foto Dok. Academia.

Pakar Geologi UGM, Prof. Wahyu Wilopo. Foto Dok. Academia.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Peristiwa tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah pada 21 Januari 2025 lalu memakan korban yang cukup banyak. Hingga Ahad, 26 Januari 2025, jumlah korban tewas akibat longsor mencapai 25 orang. Saat ini pun masih berlangsung proses untuk pencarian korban yang belum ditemukan. Peristiwa ini terjadi setelah hujan deras yang melanda kawasan tersebut.

Dosen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Wahyu Wilopo menjeaskan, penyebab utama kejadian tanah longsor tersebut adalah curah hujan dengan intensitas sangat tinggi. Mengacu pada data hujan dari satelit diperkiraan telah terjadi hujan beberapa hari sebelum kejadian longsor dengan intensitas hujan ada yang mencapai 93 mm/hari.

Beberapa penelitian mengindikasikan curah hujan 30 mm per hari atau 63 mm per tiga hari bisa memicu longsor di Pulau Jawa. Kondisi lingkungan juga memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap kejadian longsor, seperti perubahan fungsi lahan.

Baca juga: Waspada Penularan Virus Flu Burung dari Sapi Perah dan Kucing

Kejadian bencana longsor di Pekalongan mengingatkan semua pihak tentang pentingnya melakukan kegiatan mitigasi, khususnya pada bencana yang dipicu kondisi hidrometeorologi seperti longsor, banjir ataupun angin ribut yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan.

“Jumlah dan dampaknya makin meningkat akibat dipicu adanya perubahan iklim global,” kata Wahyu, Jumat, 24 Januari 2025.

Struktur geologi di Pekalongan

Soal penyebab kejadian longsor ini, diakui Wahyu akibat lokasinya yang berada di kaki lereng juga dijumpai morfologi kipas kolovial (sedimen lepas) dengan kemiringan lereng yang cukup terjal dan material yang agak lepas.

Baca juga: Bekantan, Satwa Endemik di Kalimantan Selatan

“Batuan yang menyusun Petungkriyono adalah batuan vulkanik dan endapan hasil runtuhan pada masa lampau yang terdiri dari lempung sampai bongkah,” jelas dia.

Struktur geologi di daerah ini ditemukan beberapa patahan, baik patahan normal maupun geser.

“Kondisi ini mempercepat proses pelapukan yang ada sehingga membentuk endapan tanah yang tebal pada beberapa tempat,” ungkap dia.

Baca juga: Sungai Tuntang Meluap, Jalur Rel KA Stasiun Gubug-Karangjati Amblas Lagi

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: Kabupaten PekalonganPakar Geologi UGMProf. Wahyu WilopoRawan Longsor

Editor

Next Post
Ekspedisi di Antartika. Foto Dok. Alumni UGM.

Ekspedisi Antartika, Ungkap Kayu Usia 130 Tahun dan Batuan Tertua di Bumi

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media