Wanaloka.com – Peristiwa tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah pada 21 Januari 2025 lalu memakan korban yang cukup banyak. Hingga Ahad, 26 Januari 2025, jumlah korban tewas akibat longsor mencapai 25 orang. Saat ini pun masih berlangsung proses untuk pencarian korban yang belum ditemukan. Peristiwa ini terjadi setelah hujan deras yang melanda kawasan tersebut.
Dosen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Wahyu Wilopo menjeaskan, penyebab utama kejadian tanah longsor tersebut adalah curah hujan dengan intensitas sangat tinggi. Mengacu pada data hujan dari satelit diperkiraan telah terjadi hujan beberapa hari sebelum kejadian longsor dengan intensitas hujan ada yang mencapai 93 mm/hari.
Beberapa penelitian mengindikasikan curah hujan 30 mm per hari atau 63 mm per tiga hari bisa memicu longsor di Pulau Jawa. Kondisi lingkungan juga memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap kejadian longsor, seperti perubahan fungsi lahan.
Baca juga: Waspada Penularan Virus Flu Burung dari Sapi Perah dan Kucing
Kejadian bencana longsor di Pekalongan mengingatkan semua pihak tentang pentingnya melakukan kegiatan mitigasi, khususnya pada bencana yang dipicu kondisi hidrometeorologi seperti longsor, banjir ataupun angin ribut yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan.
“Jumlah dan dampaknya makin meningkat akibat dipicu adanya perubahan iklim global,” kata Wahyu, Jumat, 24 Januari 2025.
Struktur geologi di Pekalongan
Soal penyebab kejadian longsor ini, diakui Wahyu akibat lokasinya yang berada di kaki lereng juga dijumpai morfologi kipas kolovial (sedimen lepas) dengan kemiringan lereng yang cukup terjal dan material yang agak lepas.
Baca juga: Bekantan, Satwa Endemik di Kalimantan Selatan
“Batuan yang menyusun Petungkriyono adalah batuan vulkanik dan endapan hasil runtuhan pada masa lampau yang terdiri dari lempung sampai bongkah,” jelas dia.
Struktur geologi di daerah ini ditemukan beberapa patahan, baik patahan normal maupun geser.
“Kondisi ini mempercepat proses pelapukan yang ada sehingga membentuk endapan tanah yang tebal pada beberapa tempat,” ungkap dia.
Baca juga: Sungai Tuntang Meluap, Jalur Rel KA Stasiun Gubug-Karangjati Amblas Lagi
Discussion about this post