Wanaloka.com – Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Weh terletak di Pulau Sabang, Aceh. TWA ini tak hanya memiliki potensi besar berupa keanekaragaman hayati. Melainkan juga mempunyai ikon nasional, seperti Tugu Kilometer Nol.
Kawasan ini terdiri dari 1.197 ha daratan dan 5.280,2 ha laut. Serta merupakan jalur migrasi mamalia laut seperti lumba-lumba dan tempat transit burung-burung migran.
Ketua Komisi IV DPR, Titiek Hediati Soeharto menilai pengelolaan TWA penting sebagai bagian dari strategi nasional dalam mencapai target 20 juta wisatawan mancanegara dan 275 juta wisatawan nusantara.
Baca juga: Paviliun CLT Nusantara, Rumah Ramah Lingkungan dari Kayu dan Energi Surya
“Kawasan konservasi seperti TWA Pulau Weh harus memberikan dampak sosial ekonomi kepada masyarakat sekitar tanpa mengesampingkan prinsip konservasi,” ujar Titik dalam diskusi saat Kunjungan Kerja Reses Komisi IV DPR pada tanggal 9-10 April 2025.
Kunjungan ini bertujuan meninjau langsung pemanfaatan jasa lingkungan serta perlindungan kawasan konservasi di wilayah paling barat Indonesia tersebut.
Sementara anggota Komisi IV DPR, Darori Wonodipuro menggarisbawahi pentingnya pengaturan pembagian pendapatan dari kawasan konservasi. Ia menyarankan penerimaan dari TWA diatur dalam Peraturan Pemerintah, meliputi 50 persen untuk pusat, 30 persen kabupaten/kota, dan 20 persen untuk provinsi.
Baca juga: Pelaku Wisata Minta Kuota Pendakian Gunung Rinjani Berdasar Daya Tampung
“Ini untuk menghindari konflik antarlevel pemerintahan dan agar pendapatan kembali ke kegiatan konservasi,” kata dia.
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni pun menyampaikan komitmennya menyelesaikan persoalan tata kelola konservasi secara adil dan kolaboratif lewat sinergi pusat dan daerah.
“Masa kita nggak bisa mengelola yang kecil-kecil begini? Ini ikon penting republik. Kita harus duduk bersama, selesaikan secara baik, bahkan secara adat bila perlu,” ujar Juli Antoni.
Discussion about this post