Baca Juga: Sakti Azhar Siregar: Proyek Biogas dari Limbah Cair Jadi Sumber Energi Terbarukan
“Indeks kepadatan lalat tiga jenis tadi akan sangat rendah di tempat sampah yang di dalamnya hidup larva BSF. Sebaliknya, jika larva BSF bukan mayoritas, maka indeksnya akan sangat tinggi,” lanjut Arief.
Perkiraannya, larva lalat vektor penyakit tadi dapat ditekan hingga 80 persen. BSF yang berkembang biak dapat dimanfaatkan atau dipanen pada fase larva hingga pupa sebagai sumber protein pakan unggas atau suplemen pakan ikan. Larva BSF yang berubah jadi pre-pupa, kemudian pupa akan bermetamorfosa menjadi lalat yang akan meningkatkan kualitas lingkungan.
Akar permasalahannya, menurut Arief adalah sistem pengelolaan sampah padat yang masih berjalan secara konvensional. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sebaiknya hanya mengelola sampah non organik. Sampah organik seharusnya dikelola di tempat asal oleh masing-masing rumah tangga.
Baca Juga: Gempa Bumi Palu 2018 Menampakkan 4 Fenomena Geologi Permukaan
Penelitian tersebut dilakukan dengan skala terbatas bersama mahasiswa pascasarjana sejak November 2022. Teknik ini juga telah dipraktikkan beberapa tahun terakhir di rumah Arief. Walaupun terkendala pendanaan penelitian, ia berharap teknik ini dapat menjadi solusi pengelolaan limbah padat perkotaan.
“Saya berharap hasil penelitian dapat diimplementasikan walau dalam skala terbatas. Masyarakat terus didorong untuk melakukan pemilahan sampah karena telah menjadi amanah undang-undang dan wajib bagi setiap orang,” pesan Arief. [WLC02]
Discussion about this post