“Pesan yang disampaikan, selain mengafirmasi ide besar kolonial yakni ekspolitasi, dominasi, dan diskriminasi, juga menunjukan bahwa terdapat praktik-praktik humanis di dalamnya,” tutur Arif yang dilansir dari laman UGM tertanggal 1 Januari 2022.
Baca Juga: Prof. Wahyu Andayani: Lindungi Hutan Lewat Pembangunan KPH
Di satu sisi, Arif menghadirkan berbagai arsip yang membenarkan fakta terkait diskriminasi hukum yang dialami para baboe di zaman dahulu. Bahwa kedudukan baboe di depan hukum kala itu hanyalah sebagai objek, bukan subjek yang memiliki kesamaan hak dengan orang lain. Dalam salah satu arsip, misalnya diceritakan pernah terjadi kasus konflik antara baboe dan majikannya yang merupakan orang Belanda. Sang majikan mendapatkan perlakuan istimewa di depan hukum. Meski terbukti melakukan tindak pemukulan terhadap baboe, si majikan mudah mendapatkan vonis bebas hanya karena telah bercerita jujur di depan hakim.
Baca Juga: Kisah Mark Zuckerberg hingga Raja Belanda Blusukkan ke Kampoeng Cyber
Di samping berbagai ekspolitasi, dominasi, dan diskriminasi yang dialami para baboe tersebut, Arif turut mengungkapkan sesungguhnya juga terdapat praktik-praktik humanisme di antara para baboe dan majikannya. Terdapat arsip sejarah yang menceritakan bahwa baboe diperlakukan layaknya keluarga oleh majikannya sehingga mendapat ruang sama dengan batasan tertentu. Di mata anak-anak Belanda, baboe pun ada dianggap sebagai salah satu orang tua mereka. Bahkan, anak-anak dalam banyak keluarga (Belanda) memiliki tingkat kedekatan yang lebih dengan Baboe dibanding dengan orang tuanya.
Baca Juga: Jahe Dikembangkan Jadi Obat Terapi Kanker dengan Harga Terjangkau
“Di dalam narasi besar sejarah Indonesia, kehangatan antara baboe dengan tuannya ini minim terekspose akibat kepentingan-kepentingan politik tertentu dan terhambat oleh urusan ‘nasionalisme’,” tulis Arif dalam katalog pamerannya.
Pameran Arsip “Baboe” yang dikuratori oleh Arif tersebut digelar tanggal 8—11 Desember 2021 lalu di Asrama Putra Jember Yogyakarta. Sebelumnya, Arif melakukan riset selama dua bulan yang dimulai dengan pengumpulan sumber data, verifikasi, serta interpretasi data, lalu kemudian baru disusun dan didisplai dalam bentuk pameran. [WLC02]
Discussion about this post