Wanaloka.com – Produk bantal Bangau alias bantal antibakteri dan tungau telah dibuat lima orang mahasiswa UGM, yakni Marsyela Tri Aryani, Silvia Rahmawati, Alda Anisah, dan Rizal Aziz Pradana dari Sekolah Vokasi, serta Luthfia Uswatun Khasanah dari Fakultas Biologi. Bermula dari kebiaasaan orang yang malas mengganti sarung bantal dan menjemurnya secara rutin.
Padahal bantal berpotensi menjadi media penyaluran penyakit dan alergi apabila tidak dirawat dengan baik, seperti melalui perantara bakteri dan tungau. Bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah akan mudah mengalami reaksi alergi, seperti dermatitis, asma, rhinitis, batuk, mata kering, dan berbagai masalah kesehatan lainnya.
Uniknya, pembuatan Bangau ini hanya bermodal limbah sabut kelapa, enceng gondok, dan ekstrak daun sirih yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar.
Baca Juga: Jahe Dikembangkan Jadi Obat Terapi Kanker dengan Harga Terjangkau
Ide pembuatan Bangau, menurut Marsyela, berawal dari keprihatinan terhadap persoalan eutrofikasi tanaman eceng gondok yang merusak perairan karena pertumbuhannya relatif cepat. Selain itu, banyak limbah sabut yang belum dimanfaatkan masyarakat dengan baik.
Sementara berdasar kajian pustaka dari sejumlah jurnal, mereka menemukan khasiat enceng gondok yang berpotensi sebagai tanaman obat. Tumbuhan air itu mengandung senyawa aktif fenol, flavonoid, tanin, alkaloid, terpenoid, steroid, dan glikosida yang punya manfaat biologis sebagai antioksidan, antijamur, antibakteri, dan antikanker.
Mereka pun memutar otak untuk membuat produk yang dapat dimanfaatkan manusia sehari-hari dengan memanfaatkan limbah-limbah alam itu.
Baca Juga: Indonesia Kaya Sumber Hayati, Tapi Bahan Baku Obat Masih Impor
“Tercetuslah ide membuat bantal,” jelas Marsyela, 2 September 2022.
Kelima mahasiswa tersebut merancang produk bantal antibakteri dan tungau berkonsep natural dengan pendampingan dosen Saiqa Ilham Akbar. Bahan bantal 100 persen dari bahan alami, baik isi bantal maupun sarungnya. Tak sekedar mengurai persoalan lingkungan, Bangau juga menghadirkan produk yang bermanfaat bagi kesehatan. Tak hanya mencegah potensi munculnya tungau dan bakteri, tetapi juga penyebab alergen lain yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Untuk mencegah penyebaran dan pertumbuhan bakteri, mereka memanfaatkan daun sirih (Piper betle L.) yang mengandung senyawa saponin, tanin, flavonoid, dan fenol sebagai antibakteri. Daun sirih juga mengandung minyak atsiri, yaitu clavikol yang berperan mematikan agen Sarcoptes scabiei sehingga menghentikan aktivitas tungau agar permukaan luka tidak memburuk. Daun sirih tersebut diekstrak dan direaksikan dengan limbah enceng gondok.
Discussion about this post