Jebakan Ekonomi Komoditas
Ia juga mengkritik kebijakan penyeragaman sistem produksi, konsumsi, kebijakan dan program, serta indikator-indikator pembangunan pangan saat ini. Sebab langkah itu justru meminggirkan dimensi lokalitas dan keragaman sistem pangan di Indonesia. Juga telah menimbulkan kerentanan, lemahnya resiliensi, ketergantungan dan berbagai krisis kerusakan agroekosistem lokal beserta daya dukungnya.
Baca Juga: BRIN Kembangkan LESus untuk Kaji Peristiwa Ekstrem di Laut
“Keseragaman sangat kuat dipengaruhi perspektif pengambil kebijakan, juga para ilmuwan yang mengabaikan keragaman sistem pangan di Indonesia. Ini bisa kita periksa dari beberapa aspek terkait sistem pangan kita,” tegas dia.
Ia menegaskan transformasi sistem pangan harus dimulai dari pikiran, yakni cara pandang terhadap pangan.
“Bukankah manusia membutuhkan zat-zat gizi makro dan mikro untuk bisa hidup sehat dan berkualitas?” tanya Damayanti.
Baca Juga: Indonesia Klaim Punya Potensi Tenaga Hidro 95 GW untuk Energi Terbarukan
Jadi perlu swasembada karbohidrat yang bisa diperoleh dari ragam sumber pangan, tidak hanya beras. Juga swasembada protein yang diperoleh dari ragam sumber protein dan seterusnya.
“Kita perlu mengeksplorasi lebih jauh keanekaragaman sumber-sumber pangan kita, melakukan inovasi dan melihat praktik-praktik masyarakat kita yang beragam dalam produksi pangan, keluar dari jebakan ekonomi komoditas tersebut,” tegas Damayanti. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post