Minggu, 27 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Djati Mardiatno: Paham Risiko Bencana Permudah Lindungi Diri, Keluarga dan Komunitas

Kajian geomorfologi lingkungan dan literasi kebencanaan memudahkan orang untuk mengidentifikasi kerawanan bencana.

Kamis, 4 Januari 2024
A A
Guru Besar Bidang Geomorfologi Lingkungan Fakultas Geografi, Prof. Djati Mardiatno. Foto geo.ugm.ac.id.

Guru Besar Bidang Geomorfologi Lingkungan Fakultas Geografi, Prof. Djati Mardiatno. Foto geo.ugm.ac.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Ia memberikan penjelasan terkait pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem dan komunitas (PRBBEK/EcoCBDRR) yang menekankan pada konservasi ekosistem, restorasi, dan pengelolaan berkelanjutan sebagai elemen kunci pengurangan risiko bencana. EcoCBDRR memiliki relevansi sangat kuat dengan kajian geografi, karena inti kajian geografi adalah hubungan dan keterpaduan antara manusia dengan lingkungan yang dapat diwujudkan untuk pengurangan risiko bencana.

Baca Juga: Mengapa Tim Seismologi ITB Pasang 22 Seismograf Pascagempa Sumedang?

EcoCBDRR yang diwujudkan dalam aksi terkoordinasi berbasis ekosistem dan komunitas, menawarkan jalan untuk mempertahankan ekosistem dan penghidupan manusia di lingkungan geomorfologis yang memiliki keanekaragaman hayati dan multi ancaman bencana. Tindakan terkoordinasi dari EcoCBDRR dapat membantu wilayah-wilayah yang rentan dalam mempersiapkan dan merespons bencana, mengatasi tantangan, dan meningkatkan prospek sosio-ekonomi untuk masa depan yang adil bagi masyarakat di wilayah yang rawan bencana.

“Guna mencapai keberlanjutan dan keselamatan jangka panjang, EcoCBDRR seharusnya dapat dipadukan dengan baik dalam perencanaan dan kebijakan pembangunan. Komponen multiple helix perlu bekerja sama untuk menghadapi tantangan ini dan memanfaatkan peluang yang ada untuk melindungi masyarakat dan lingkungan,” lanjut Djati. [WLC02]

Sumber: UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: EcoCBDRRFakultas Geografi UGMGuru Besar Bidang Geomorfologi Lingkungan Prof Djati Mardiatnomultiple helixrisiko bencana

Editor

Next Post
Sebaran patahan dan kelurusan di Sumedang. Foto esdm.go.id.

Temuan Tim Badan Geologi: Patahan Aktif Cipeles Penyebab Gempa Sumedang

Discussion about this post

TERKINI

  • Mahkamah Konstitusi menolak pengajuan uji formil UU KSDAHE, 17 Juli 2025. Foto Dok. AMAN.MK Tolak Uji Formil UU KSDAHE, Dissenting Opinion Dua Hakim Sebut Ada Pelanggaran
    In News
    Kamis, 24 Juli 2025
  • Rapat Koordinasi Penanganan Karhutla di Riau, 23 Juli 2025. Foto Dok. BMKG.Juli Puncak Kemarau di Riau, Potensi Karhutla Meningkat hingga Awal Agustus
    In News
    Kamis, 24 Juli 2025
  • Ilustrasi gajah di kawasan DAS Peusangan, Aceh. Foto WWF Indonesia.Lahan Konservasi Gajah dari Prabowo, Pakar Ingatkan Kepastian Status Lahan dan Kesesuaian Habitat
    In News
    Rabu, 23 Juli 2025
  • Komisi XIII menerima audiensi LEM UII Yogyakarta terkait RUU Masyarakat Adat di Gedung DPR, 21 Juli 2025. Foto Runi-Andri/Parlementaria.Lebih Dua Dekade, Baleg dan Komisi XIII DPR Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat
    In News
    Rabu, 23 Juli 2025
  • Peresmian Pusat Komando Peringatan Dini Multi Bahaya di Jakarta, 21 Juli 2025. Foto BMKG.Fondasi Gedung Pusat Komando Peringatan Dini Multi Bahaya Sedalam 30 Meter
    In IPTEK
    Rabu, 23 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media