Baca juga: Bencana Hidrometeorologi Pekan Terakhir Januari, 5 Tewas dan 1 Hilang
Oleh sebab itu, ketika curah hujan tinggi ditambah drainase buruk, kemudian menyebabkan tanah menjadi jenuh air dan mudah bergerak. Di samping itu terjadi peningkatan tekanan air pori ditambah bobot massa tanah dan berkurangnya daya ikat tanah turut mendukung terjadinya fenomena tersebut.
Hasil analisa selanjutnya, berdasarkan komposisi material penyusun longsoran (soil hasil lapukan batu lempung) dan jenis pergerakan yang teramati, dapat diinterpretasikan bahwa longsoran itu berjenis debris slide dengan arah pergerakan relatif ke barat daya.
“Fenomena pergerakan tanah susulan masih sangat berpotensi terjadi apabila curah hujan di wilayah itu masih tinggi dalam durasi yang cukup lama,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari dalam siaran tertulis, Jumat, 31 Januari 2025.
Baca juga: Ekskursi untuk Melihat Potensi dan Manifestasi Panas Bumi di Gunung Kamojang
Huntara sebelum Idul Fitri
Upaya antisipasi dan penanganan darurat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara membantu evakuasi warga terdampak maupun yang terancam. Mereka diungsikan sementara di dua desa, masing-masing 62 jiwa di Kalireng, Ratamba dan 7 jiwa di Desa Biting.
BPBD juga mendukung pemenuhan kebutuhan dasar para warga yang mengungsi dibantu dari lintas instansi terkait seperti Dinsos, TNI, Polri, NGO dan relawan penanggulangan bencana. Posko kesehatan dan trauma healing juga didirikan guna memberikan pelayanan kesehatan medis dan psikologi bagi warga pengungsi dan yang terdampak lainnya.
Sejalan dengan itu, kaji cepat lanjutan dan monitoring di lapangan terus dilakukan sebagai antisipasi dan analisis terkait perkembangan dampak serta kondisi terkini.
Baca juga: Bencana Hidrometeorologi Ancam Jawa Tengah Hingga Februari 2025
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara akan menyiapkan hunian sementara (huntara) bagi warga terdampak dan yang kehilangan tempat tinggal akibat pergerakan tanah tersebut. Pemkab menargetkan huntara tersebut selesai dibangun dan dapat ditempati sebelum hari Raya Idul Fitri 2025 pada awal April mendatang.
Pemerintah Pusat melalui BNPB telah mengirimkan tim Tenaga Ahli bersama personel dari Kedeputian Bidang Penanganan Darurat guna asesmen awal. Sekaligus tindak lanjut pemberian dukungan pada fase tanggap darurat sebagai solusi jangka pendek termasuk rencana pemulihan serta rehabilitasi dan rekonstruksi.
Fenomena pergerakan tanah di Banjarnegara yang diprediksi masih akan terjadi diharapkan menjadi perhatian warga sekitar untuk selalu meningkatkan kewaspadaan, khususnya selama periode musim penghujan. Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan pemerintah daerah dan masyarakat:
Baca juga: Aktivitas Vulkanik Menurun, Status Gunung Ibu Jadi Siaga
Pertama, Evakuasi sementara ke tempat yang lebih aman menjadi solusi yang tepat untuk dilakukan demi menghindari jatuhnya korban jiwa.
Kedua, Monitoring secara berkala lereng tebing, perbukitan hingga sepanjang aliran sungai menjadi penting untuk dilakukan mengingat potensi risiko bencana hidrometeorologi basah masih sangat tinggi. Apabila terdapat retakan tanah atau patahan yang terlihat, sebaiknya segera dilaporkan kepada pihak berwenang dan hindari melakukan aktivitas di sekitarnya.
Ketiga, Reboisasi dan pemulihan vegetasi dengan jenis tanaman berakar kuat bernilai ekonomis di area tandus yang memiliki potensi risiko tinggi pergerakan tanah hingga banjir bandang dapat menjadi solusi mitigasi jangka panjang. [WLC02]
Discussion about this post