“Risiko bahaya semakin tinggi karena daerah di sekitar Gunung Karangetang memiliki jarak antara batas pantai dengan pusat erupsi hanya lebih kurang 4 kilometer dan di dalamnya terdapat banyak pemukiman,” sebut Wafd.
Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang diharap tetap tenang, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Karangetang, dan senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Provinsi Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Sitaro.
Pemerintah daerah dianjurkan berkoordinasi dengan pos pengamatan gunung api di Desa Salili, Kecamatan Siau Tengah, Kabupaten Sitaro atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Baca Juga: Aktivitas Kawah Bromo Meningkat, Gunung Semeru Meletus
Aktivitas vulkanik Gunung Karangetang dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava yang terus bertambah, umumnya terjadi pada kawah Utama (bagian selatan). Karakteristik erupsi Gunung Karangetang adalah erupsi efusif (leleran lava).
Sejak 25 November 2018 pusat erupsi berada di Kawah II (Kawah Utara), menghasilkan endapan lava di sepanjang Sungai Malebuhe hingga mencapai laut, aktivitas erupsi di kawah Utara tampak mulai berhenti pada Maret 2019.
Pada 20 Juli 2019 erupsi efusif terjadi lagi namun pusat aktvitas berpindah ke Kawah Utama (Kawah Selatan), erupsi ditandai dengan terjadinya luncuran lava pijar umumnya ke bagian barat, meluncur maksimum sejauh 1.800 meter, serta luncuran ke arah tenggara, selatan dan barat daya maksimum meluncur jarak sejauh 2200 meter, dari pusat kegiatan. [WLC01]
Sumber: Magma Indonesia
Discussion about this post