Wanaloka.com – Usai sempat terhenti, Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur kembali erupsi, Selasa, 10 Desember 2024, pukul 06:07 WITA. Tinggi kolom letusan teramati sekitar 2000 meter di atas puncak (sekitar 3584 meter di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat dan barat laut.
Berdasarkan data Magma Indonesia pada Desember ini, gunung tersebut tercatat mengalami dua kali erupsi. Sebelum 10 Desember 2024, erupsi terjadi pada Kamis, 5 Desember 2024, pukul 05:30 WITA. Tinggi kolom letusan saat itu teramati sekitar 1200 meter di atas puncak (sekitar 2784 meter di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal ke arah utara. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 13.3 mm dan durasi 396 detik.
Sementara erupsi terakhir pada November 2024 terjadi pada 27 November 2024 pukul 05:09 WITA dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2500 meter di atas puncak (sekitar 4084 meter di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah barat.
Baca Juga: Analisis BMKG Ini Pemicu Gempa Menengah di Kepulauan Talaud
Terkait erupsi hari ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merekomendasikan masyarakat dan pengunjung tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi dan sektoral Barat Daya – Utara – Timur Laut sejauh 7 Km.
Masyarakat di sekitar gunung ini diminta untuk waspada atas potensi banjir lahar hujan di sungai-sungai yang berhulu di puncak. Terutama apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi di daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Klatanlo, Hokengjaya, Boru, Nawakote.
Kolaborasi mitigasi berbasis sains dan teknologi
Tim Peneliti Vulkanologi dari program studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik dan dan Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menilai peristiwa bencana erupsi gunung api ini menjadi peringatan akan pentingnya penguatan sistem mitigasi bencana berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan edukasi publik yang lebih inklusif.
Baca Juga: Modifikasi Cuaca BMKG Berhasil Kurangi Risiko Bencana Hidrometeorologi di Jakarta
Apalagi ketinggian kolom erupsi gunung ini cukup tinggi. Bahkan pernah mencapai sekitar 12 kilometer pada awal November 2024. Sementara tipe erupsi Gunung Lewotobi tergolong tipe Stromboli dengan kolom erupsi maksimal 2 km.
“Ini menunjukkan adanya dinamika baru dalam aktivitas vulkaniknya,” kata Guru Besar Bidang Ilmu Vulkanologi Fakultas Teknik UGM, Prof. Agung Harijoko.
Selain ancaman langsung dari letusan, dampak tidak langsung berupa sebaran abu vulkanik menjadi masalah serius. Abu ini merusak tanaman, mengancam kesehatan masyarakat, serta mengganggu aktivitas ekonomi, termasuk penghentian sementara penerbangan di wilayah tersebut.
Baca Juga: Tiga Fokus Penanganan Bencana Banjir Bandang dan Longsor di Sukabumi
“Kondisi ini menjadi tantangan besar, terutama dalam memastikan keselamatan masyarakat dan keberlangsungan aktivitas ekonomi di sekitar wilayah terdampak,” imbuh dia.
Discussion about this post