Wanaloka.com – Salah satu yang terdampak prediksi gempa megathrust adalah wisata pantai. Termasuk kawasan Carita yang merupakan daya tarik wisata bagi wisatawan dari Provinsi DKI Jakarta dan Banten. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) pun mengajak masyarakat serta pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif untuk membangun sense of disaster atau kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam yang dapat terjadi di mana saja termasuk destinasi wisata.
“Megathrust adalah fakta, tetapi bagaimana kita bisa meminimalisir risiko yang mungkin terjadi,” ujar Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya dalam “The Weekly Brief With Sandi Uno” yang berlangsung secara hybrid, Jakarta pada 26 Agustus 2024.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Rahmat Zultika menyampaikan sampai saat ini pariwisata dan ekonomi kreatif di daerah Banten masih terbilang kondusif. Terkait adanya fenomena penurunan jumlah wisatawan di destinasi wisata Banten bukan disebabkan isu megathrust, melainkan karena masih dalam suasana low season atau belum masuk musim libur sekolah.
Baca Juga: Gempa Gunungkidul M5,8 di Lempeng Megathrust Samudra Hindia
“Kami bersama BMKG telah melakukan upaya mitigasi dengan memasang sistem deteksi dini di 22 titik. Kami juga memiliki tiga learning system yang dipasang di Tanjung Lesung satu dan Pantai Labuan,” ujar Rahmat.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Weniza menjelaskan megathrust tidak hanya menjadi isu nasional, namun juga internasional. Berbagai upaya mitigasi perlu dilakukan, terutama untuk memperkuat kesiapsiagaan masyarakat.
“Bicara panduan, pada tahun 2020 Indonesia telah melahirkan ISO 22328-3 dengan judul Guidline for Implementation of The Tsunami Warning System. Panduan ini sebagai instrumen praktis yang dapat diacu berbagai sektor khususnya pariwisata,” ujar Weniza.
Baca Juga: Jumlah Korban Tewas Akibat Banjir Bandang Kota Ternate Jadi 16 Orang
Lebih lanjut Weniza mengungkapkan ISO 22328-3 yang digagas Indonesia itu dipublikasikan oleh ISO International Standard Organization pada 2023. Ini membuktikan Indonesia mampu mengembangkan konsep berbasis internasional yang lahir melalui pemikiran dan proses pembelajaran panjang dari sederet bencana yang telah dialami.
Di dalam buku panduan tersebut dibahas mengenai kesiapan masyarakat, pemantauan peringatan dini, kemampuan dalam merespons peringatan dini, hingga komitmen menjaga keberlangsungan dan kesiapan masyarakat.
Discussion about this post