“Harapannya, ISO yang telah lahir berangkat dari inisiasi Indonesia ini mampu mengurangi dampak mitigasi risiko dan akan mendorong tourism business continuity,” kata Weniza.
Baca Juga: Banjir Bandang di Kota Ternate, 13 Orang Dilaporkan Tewas
Kepala Bidang Mitigasi Tsunami Samudra Hindia dan Pasifik BMKG, Suci Dewi Anugrah, menambahkan wilayah yang berpotensi gempa megathrust tidak hanya di Indonesia saja, namun negara lain seperti Jepang juga Hawaii. Jadi harus disikapi dengan upaya mitigasi secara berkelanjutan.
Pertama, menyiapkan assessment. Artinya, kawasan wisata ataupun pengelola wisata mampu memahami potensi bahaya yang dapat melanda wilayahnya.
Kedua, membangun kesiapsiagaan mulai dari identifikasi jumlah wisatawan hingga alur evakuasi yang dilengkapi dengan rambu-rambu evakuasi yang jelas, utamanya di tiap-tiap penginapan atau hotel. Diharapkan seluruh pegawai hotel telah mendapatkan training dan sosialisasi serta simulasi bencana yang dilakukan secara rutin.
Baca Juga: Akibat Siklus El Nino dan La Nina di Indonesia Anomali Hujan April-Desember
Ketiga, menyiapkan materi informasi kesiapsiagaan atau materi edukasi.
“Jangan lupa memberikan safety briefing terhadap tamu yang datang, sehingga tamu memahami apabila dalam kondisi darurat apa saja yang harus dilakukan,” ujar Suci.
Kemenparekraf mencatat distribusi perjalanan wisatawan nusantara pada November 2023 menunjukkan Jakarta dan Banten menempati posisi lima besar sebagai provinsi asal distribusi perjalanan wisnus. Tiap-tiap presentase sebesar 9,32 persen dan 7,65 persen. Sementara secara keseluruhan pergerakan wisnus di Banten sampai dengan November 2023, BPS mencatat berjumlah 43.129.799 pergerakan. [WLC02]
Sumber: Kemenparekraf
Discussion about this post