Baca Juga: Jangan Kebanyakan Pakai Obat Kumur, Ini Alasannya
Pertama, pengembangan bahan baku obat berbasis bioteknologi, herbal terstandar atau fitofarmaka, dan kimiawi.
“Ini jadi prioritas utama,” kata Siswandono.
Kedua, mengembangkan industri farmasi untuk memproduksi bahan baku obat dan eksipien secara mandiri. Terutama yang sangat dibutuhkan masyarakat, seperti parasetamol, asetol, amoksisilin, hingga vaksin.
Ketiga, mendorong industri farmasi untuk mengembangkan bidang riset dan pembangunan untuk memproduksi bahan baku obat dan eksipien secara mandiri.
Keempat, mengembangkan perkebunan tanaman obat untuk suplai bahan baku obat. Kelima, membuat pusat penelitian pengembangan obat terpadu dengan peralatan canggih dan terkini yang dapat diakses dan digunakan seluruh akademisi dan lembaga penelitian di Indonesia.
Baca Juga: Kata Ahli Kesehatan dan Hukum Islam Unair Soal Legalisasi Ganja Medis
Sementara tantangan pengembangan bahan baku obat adalah industri kimia dalam negeri belum mampu menyediakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk pembuatan obat. Selain itu, industri bahan baku obat memerlukan investasi besar dengan tingkat kegagalan yang cukup tinggi.
Selain itu, kurang ada sinergi antara akademisi, pengusaha, dan pemerintah.
“Hasil penelitian yang dilakukan seringkali tidak dimanfaatkan secara komersial atau dikembangkan sampai skala industri, karena kurang diminati kalangan bisnis,” ungkap Siswandono. [WLC02]
Sumber: kemkes.go.id, unair.ac.id
Discussion about this post