Minggu, 29 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Indonesia Kaya Sumber Hayati, Tapi Bahan Baku Obat Masih Impor

Upaya menuju ketahanan kesehatan nasional dengan kemandirian obat menjadi tantangan Indonesia. Salah satunya dengan memaksimalkan potensi keanekaragaman hayati.

Rabu, 24 Agustus 2022
A A
Ilustrasi tanaman herbal. Foto sipa/pixabay.com.

Ilustrasi tanaman herbal. Foto sipa/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Baca Juga: Jangan Kebanyakan Pakai Obat Kumur, Ini Alasannya

Pertama, pengembangan bahan baku obat berbasis bioteknologi, herbal terstandar atau fitofarmaka, dan kimiawi.

“Ini jadi prioritas utama,” kata Siswandono.

Kedua, mengembangkan industri farmasi untuk memproduksi bahan baku obat dan eksipien secara mandiri. Terutama yang sangat dibutuhkan masyarakat, seperti parasetamol, asetol, amoksisilin, hingga vaksin.

Ketiga, mendorong industri farmasi untuk mengembangkan bidang riset dan pembangunan untuk memproduksi bahan baku obat dan eksipien secara mandiri.

Keempat, mengembangkan perkebunan tanaman obat untuk suplai bahan baku obat. Kelima, membuat pusat penelitian pengembangan obat terpadu dengan peralatan canggih dan terkini yang dapat diakses dan digunakan seluruh akademisi dan lembaga penelitian di Indonesia.

Baca Juga: Kata Ahli Kesehatan dan Hukum Islam Unair Soal Legalisasi Ganja Medis

Sementara tantangan pengembangan bahan baku obat adalah industri kimia dalam negeri belum mampu menyediakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk pembuatan obat. Selain itu, industri bahan baku obat memerlukan investasi besar dengan tingkat kegagalan yang cukup tinggi.

Selain itu, kurang ada sinergi antara akademisi, pengusaha, dan pemerintah.

“Hasil penelitian yang dilakukan seringkali tidak dimanfaatkan secara komersial atau dikembangkan sampai skala industri, karena kurang diminati kalangan bisnis,” ungkap Siswandono. [WLC02]

Sumber: kemkes.go.id, unair.ac.id

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: bahan baku obatbioteknologiindustri farmasikeanekaragaman hayatiKemenkesP4TOPEDpenemuan obat barupengembangan obatUnair

Editor

Next Post
Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Ronny Rachman Noor. Foto ipb.ac.id.

Ronny Rachman Noor: Flora Fauna Liar di Ambang Kepunahan

Discussion about this post

TERKINI

  • Anggrek Dendrobium azureum. Foto Yanuar Ishaq Dwi Cahyo/Fauna & Flora International-Indonesia Programme.Anggrek Biru Raja Ampat Terancam Punah, Tapi Tak Dilindungi Hukum Indonesia
    In Rehat
    Jumat, 27 Juni 2025
  • PLTP Blawan Ijen, Kabupaten Bondowoso yang diresmikan secara hybrid oleh Presiden Prabowo Subianto, Kamis, 26 Juni 2025. Foto: BPMI Setpres.Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Panas Bumi dan Surya, Klaim Nol Emisi Karbon Tepat Waktu
    In News
    Jumat, 27 Juni 2025
  • Lahan proyek food estate yang memakan lahan hutan. Foto Dok. Greenpeace.Komisi IV DPR Janji Undang Aktivis Lingkungan untuk Bahas UU Baru Kehutanan
    In News
    Kamis, 26 Juni 2025
  • Patroli tim Manggala Agni pasca kebakaran hutan di TNTN, Mei 2025. Foto TNTN.Walhi Riau Ingatkan Penertiban Taman Nasional Tesso Nilo Jangan Represif dan Militeristik
    In Lingkungan
    Kamis, 26 Juni 2025
  • Bentrokan di Pulau Rempang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau pada Kamis, 7 September 2023, terkait proyek pembangunan kawasan Rempang Eco-City. Foto walhiriau.or.id.Seruan Tokoh Lintas Agama, Tolak PSN yang Merusak Lingkungan dan Menggusur Rakyat
    In Lingkungan
    Rabu, 25 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media