Wanaloka.com – Berdasarkan laporan terbaru The Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), populasi flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) secara global sudah mengkhawatirkan akibat aktivitas pertanian. Lantaran demi memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan lainnya, deforestasi semakin tidak terkendali dan kualitas lingkungan semakin memburuk.
“Dan jika hewan dan tumbuhan yang dibutuhkan manusia sebagian besar punah, akan berdampak langsung pada kehidupan manusia karena mengancam keamanan pangan dunia,” kata Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Ronny Rachman Noor.
Berdasarkan laporan IPBES saat ini, satu dari lima orang di seluruh dunia masih sangat bergantung pada sekitar 50.000 spesies hewan liar, tumbuhan, dan jamur. Baik untuk makanan, obat-obatan, kosmetik, pariwisata, bahan bakar, pendapatan dan tujuan lainnya.
Baca Juga: Menunggu Perkawinan Rasi-Slamet, IPB Aplikasikan Teknologi Pelestarian Spesies Langka
Belum lagi perburuan liar akibat perdagangan satwa liar yang marak setiap tahun mencapai nilai US$ 23 miliar. Perubahan iklim serta peningkatan permintaan satwa dan tumbuhan liar yang semakin tinggi akan mendorong lebih banyak spesies menuju kepunahan.
“Dampak eksploitasi sumberdaya alam yang tidak berkelanjutan merupakan faktor utama yang mendorong cepatnya laju kepunahan ini,” imbuh Ronny.
Eksploitasi alam secara masif ini mengakibatkan sekitar 35 persen ikan liar ditangkap berlebihan. Sekitar 1.300 jenis hewan dan 10 persen pohon liar juga terancam punah. Para pakar konservasi memperkirakan dalam beberapa puluh tahun mendatang, sekitar satu juta jenis tumbuhan dan hewan dapat saja punah.
Baca Juga: Perayaan Hari Hutan Indonesia 2022 Kampanyekan Hutan Kita Sultan
Upaya untuk memperlambat laju kepunahan adalah menekankan pola penangkapan ikan, perburuan hewan, dan penebangan yang berkelanjutan.
“Sehingga pemanfaatan sumberdaya alam tidak menyebabkan terganggunya keseimbangan alam,” kata Ronny.
Discussion about this post