BMKG sendiri pernah ditunjuk sebagai pemimpin simulasi penanganan informasi abu vulkanik berskala ICAO Asia dan Pasifik pada dua edisi terakhir, yakni tahun 2018 dan 2022. Pada 2018, merupakan tonggak sejarah bagaimana untuk petama kalinya simulasi penanganan informasi abu vulkanik terkoordinasi di tiga wilayah, yaitu Flight Information Region (FIR) Jakarta, FIR Kuala Lumpur, dan FIR Singapura. Hasilnya berupa rekomendasi panduan regional.
Baca Juga: Tertunda Pandemi 2021, Watchdoc Terima Penghargaan Ramon Magsaysay
“Pada latihan tahun 2022, fokusnya diperluas untuk mensimulasikan koordinasi informasi abu vulkanik antara FIR Jakarta dan FIR Sri Lanka,” lanjut Dwikorita.
Pada lokakarya tahun ini, Dwikorita berharap seluruh ahli dan peserta dari negara Asia-Pasifik dapat berbagi praktik baik terkait pengamatan, pembuatan, dan penyebaran informasi abu vulkanik. Lokakarya tersebut dirancang untuk memfasilitasi diskusi interaktif dan latihan langsung yang berfokus pada penanganan dampak abu vulkanik secara efektif.
“Kami ingin semua peserta dapat menunjukkan kemajuan yang telah dicapai dalam mendukung kemajuan ilmiah dan praktik-praktik terbaik dalam skema International Airways Volcano Watch (IAVW),” ujar Dwikorita.
Baca Juga: Gunung Api Dukono Kembali Meletus, Ini Daftar Gunung Paling Aktif Erupsi
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Gustwanto menambahkan lokarkaya tersebut diselenggakaran sejalan dengan Sub Komite ASEAN untuk Meteorologi dan Geofisika (SCMG). Lokakarya itu menjadi wadah untuk meningkatkan kualitas produk abu vulkanik serta berbagi implementasi dan praktik terbaik sesuai dengan Dokumen ICAO nomor 9766 – Pengawasan Gunung Berapi Penerbangan Internasional.
“Saya mendorong semua peserta aktif terlibat dalam diskusi, berbagi pengetahuan, dan berkontribusi. Saya memiliki keyakinan lokakarya ini akan memberikan wawasan berharga dan solusi praktis, meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan respon,” kata Guswanto.
Ada beberapa sesi dalam lokakarya itu. Sedangkan materi yang dibahas adalah menggabungkan materi yang selaras dengan program ICAO dengan mata pelajaran ASEAN SCMG. Mencakup praktik terbaik dan studi kasus dalam penyediaan informasi abu vulkanik untuk penerbangan, pengambilan keputusan kolaboratif, pemodelan penyebaran abu vulkanik, dampak abu vulkanik terhadap operasi penerbangan, berbagi pengalaman, serta membuat rencana aksi. [WLC02]
Sumber: BMKG
Discussion about this post