Salah satu hasil penelitian tersebut adalah ditemukannya spesies baru lutung Sentarum, primata endemik yang ditemukan di Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat.
Penelitian lutung Sentarum ini telah dimulainya sejak 2021-2023, bersama tim Fahutan IPB University, Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Kalimantan (Yayasan KEHATI), dan Balai Taman Nasional Danau Sentarum.
“Spesies ini baru ditemukan di Taman Nasional Danau Sentarum pada 2018. Sementara data bioekologi baru terkumpul pada 2023,” ujar dia.
Baca juga: Catatan Walhi, Bencana Ekologis di Jabodetabek Akibat Deforestasi dan Alih Fungsi Lahan
Tim peneliti IPB University juga yang mengusulkan spesies baru ini dengan nama lokal “Lutung Sentarum” dan nama ilmiah “Presbytis cruciger”. Nama ini ini didasarkan dari riset DNA Lutung Sentarum yang menunjukkan perbedaan lima persen dengan spesies lutung lainnya (Presbytis chrysomelas).
Tak hanya itu, para peneliti IPB University juga melakukan penelitian jangka panjang satwa endemik Papua, yakni burung cendrawasih kuning besar (Paradisaea apoda) dan kura-kura moncong babi (Carettochelys insculpta). Penelitian kedua spesies langka dan terancam punah ini menggandeng PT Korindo-Tunas Sawa Erma.
Di Jawa, tim KSHE IPB University meneliti kodok merah (Leptophryne cruentata), spesies kodok yang sangat langka dan endemik. Penelitian ini bertujuan untuk perkembangbiakan kodok merah secara eks-situ di laboratorium Kampus Dramaga.
Baca juga: Gempa Dangkal Guncang Aceh dan Luwu Timur
“Hasilnya akan kami lepasliarkan ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango untuk memperkuat populasi di alam,” kata Nyoto.
Penggunaan teknologi terkini seperti drone termal juga berperan penting dalam penelitian yang dilakukan tim IPB University. Misalnya, saat aktivitas monitoring terhadap gajah Sumatera, salah satu megafauna yang terancam punah di Jambi.
Di Taman Nasional Way Kambas Lampung, tim IPB University juga telah mengembangkan Assisted Reproduction Technology (ART) untuk meningkatkan populasi badak Sumatera yang jumlahnya sudah semakin sedikit.
Baca juga: Mengenal Otter yang Ramai Dipelihara, Lucu, Liar, Dilindungi dan Berisiko
“Kami juga telah menerbitkan buku pedoman inventarisasi fauna dengan metodologi terkini, yakni menggunakan drone thermal dan kamera jebak. Langkah ini penting untuk mengidentifikasi populasi dan sebaran berbagai spesies fauna, khususnya fauna yang telah langka,” jelas dia.
Melalui buku pedoman ini, ia berharap dapat mendorong para peneliti lain untuk turut serta melakukan penelitian lapang tentang spesies fauna langka dan terancam punah. Di samping sebagai bahan pendampingan untuk staf Taman Nasional dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, Kementerian Kehutanan (BKSDA) yang tersebar di Indonesia.
Sejumlah pakar IPB University juga sering kali berbagi pandangannya dalam banyak kesempatan sesuai bidang yang dikuasai: ornithology, elang jawa, burung bermigrasi, ahli burung merak, ahli keanekaragaman hayati, ekologi, dan konservasi ekosistem mangrove.
Baca juga: Agar Operasi Modifikasi Cuaca Tak Berdampak Buruk di Wilayah Lain
Di tataran global, peneliti IPB University juga terus berupaya menyuarakan konservasi untuk dunia, salah satunya Prof. Mirza Dikari Kusrini. Pakar di bidang herpetofauna menjadi salah satu inisiator terbentuknya Indonesia Species Specialist Group (IdSSG). Saat ini, ia menjabat sebagai Co-Chair IdSSG.
IdSSG adalah sebuah himpunan ahli dari berbagai kelompok taksonomi dan disiplin ilmu dalam upaya memulihkan penurunan jumlah spesies melalui perancangan kebijakan dan pengambilan keputusan berbasis data. Mirza juga menjabat sebagai Regional Vice-Chair IUCN SSC for South and East Asia. Beberapa dosen KSHE IPB University juga terlibat menjadi anggota IdSSG. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post