“Pertanian menyerap hampir 30 persen tenaga kerja Indonesia. Ke depan, momentum Conference of the Parties (COP) 30 harus jadi ajang menunjukkan aksi nyata, bukan sekadar dokumen,” tegas dia.
Dalam sesi utama, IFPRI memaparkan hasil kajian dengan model DEWI (Dynamic Economy Wide Model of Indonesia) yang menilai skenario pertumbuhan hingga 2045. Hasil simulasi menunjukkan diversifikasi komoditas selain padi berpotensi meningkatkan pendapatan petani sekaligus menekan dampak lingkungan.
Baca juga: Cacing Gelang dalam Tubuh Balita, Pakar Sebut Masalah Kecacingan di Indonesia Belum Terkendali
Workshop itu turut menampilkan eksperimen Agent-Based Models untuk simulasi pengambilan keputusan alokasi lahan antar instansi. Hasil simulasi menunjukkan keputusan sektoral tanpa koordinasi berpotensi menimbulkan trade-off antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan petani, dan dampak lingkungan.
Selain isu pangan, Direktorat Mobilisasi Sumber Daya Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup memaparkan perkembangan penyusunan Second Nationally Determined Contribution (SNDC) yang menargetkan penurunan emisi 32–43 persen dan selaras dengan komitmen FOLU Net-Sink 2030 serta Net Zero Emission 2060.
Baca juga: Potensial Gempa Besar, Sesar Lembang Bergerak 3,4 mm dan Gunung Batu Naik 40 cm
Diskusi juga menyoroti pentingnya penguatan sistem Measurement, Reporting, and Verification (MRV) di sektor pertanian agar kontribusi mitigasi dari aktivitas petani dapat diakui secara internasional.
Workshop menghasilkan rekomendasi awal berupa roadmap pertanian rendah karbon, strategi climate smart agriculture, hilirisasi, serta mekanisme pendanaan terpadu untuk memperkuat ketahanan pangan sekaligus menurunkan emisi. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post