Wanaloka.com – Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mendorong perluasan pemanfaatan teknologi nuklir di sektor pangan. Fokus utama adalah bagaimana teknologi iradiasi dapat digunakan untuk mengurangi food loss, khususnya pada fase pascapanen dan pra-pengolahan. ORTN BRIN memulai lewat audiensi dengan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, dan Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq.
“Kami berharap teknologi nuklir bisa dilihat lebih luas, terutama dalam kontribusinya terhadap ketahanan pangan nasional. Dengan iradiasi, kami bisa memperpanjang umur simpan komoditas pertanian dan mengurangi kerugian pascapanen,” ujar Kepala ORTN BRIN, Syaiful Bakhri saat bertemu Pratikno, di Jakarta, Minggu, 24 Agustus 2025.
Pertemuan ini membahas potensi kontribusi teknologi nuklir, khususnya iradiasi pangan, dalam mendukung program swasembada pangan nasional yang menjadi prioritas pemerintah. Syaiful menekankan penting dukungan dari pemerintah pusat agar program riset ini dapat ditransformasikan menjadi program nasional yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Baca juga: Biogas dari Kombinasi Kotoran Sapi dengan Ampas Kopi
“Ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo yang menaruh perhatian besar terhadap kemandirian pangan,” imbuh dia.
Menanggapi hal tersebut, Pratikno menyampaikan isu ketahanan pangan relevan dalam konteks nasional. Selain itu juga merupakan bagian dari agenda global, khususnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim (climate change).
“Kami perlu membangun sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Selain meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi, kami juga harus serius menurunkan tingkat food loss dan food waste,” kata Pratikno.
Baca juga: Kegempaan Meningkat, Tingkat Aktivitas Gunung Lokon Naik ke Level Siaga
Ia juga menyoroti, Indonesia memiliki potensi luar biasa sebagai lumbung pangan dunia didukung kekayaan biodiversitas yang tinggi. Namun, potensi tersebut harus dioptimalkan dengan pendekatan teknologi yang tepat.
Teknologi iradiasi menjadi solusi strategis karena mampu memperpanjang masa simpan produk pertanian seperti buah dan sayuran, tanpa mengubah rasa, warna, atau kandungan nutrisinya. Iradiasi juga membantu mengurangi risiko mikroba dan bakteri patogen yang berbahaya.
Apabila menerapkan hal ini secara luas, produk pertanian akan lebih tahan lama dan lebih layak ekspor.
Baca juga: Integrasi Sistem Pangan dan Pertanian Rendah Karbon Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
“Juga bisa menjangkau pasar global yang mulai mensyaratkan standar keamanan pangan berbasis teknologi iradiasi,” imbuh dia.
Pengembangan teknologi iradiasi juga berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Teknologi tersebut membuka peluang industri pangan berbasis ekspor, sekaligus meningkatkan nilai tambah produk lokal. Diharapkan turut mendongkrak kesejahteraan petani sebagai pelaku utama dalam rantai pasok pangan nasional.
“Ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal kemanusiaan. Kami mencegah kerawanan pangan, menjaga kualitas pangan, mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani,” kata dia.
Baca juga: Raden Wisnu, Perdagangan Orangutan karena Alasan Ekonomi hingga Hutan Primer Berkurang
Kolaborasi BRIN dan Kemenko PMK resmi dimulai untuk mengakselerasi riset nuklir yang berorientasi pada kemanusiaan dan SDM unggul.
Perpanjang masa simpan
Dengan Bapanas, ORTN BRIN membahas pemanfaatan teknologi iradiasi dalam pengawetan pangan serta potensi kolaborasi lintas sektor untuk menjawab tantangan distribusi, dan daya simpan komoditas pangan strategis.
Syaiful memaparkan, saat ini BRIN telah melakukan sentralisasi seluruh peralatan riset untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan. Salah satu fokus utama diskusi adalah pemanfaatan teknologi Iradiator Gamma, Iradiator berbasis Akselerator Elektron Energi Tinggi (AEET), termasuk Sinar-X yang dihasilkan dari konversi elektron AEET.
Baca juga: Limbah Nikel dan Abu PLTU untuk Bahan Bangun Infrastruktur
“Teknologi iradiasi tidak hanya efektif dalam memperpanjang masa simpan produk pangan, tetapi juga aman, tidak meninggalkan residu, dan dapat diaplikasikan pada alat kesehatan,” papar dia di Kantr Bapanas, Jakarta Selatan, Senin, 24 Agustus 2025
Ia menekankan, riset mengenai iradiasi telah dilakukan sejak era BATAN, kemudia dilanjutkan BRIN, dengan digerakkan paling tidak dari kolaborasi tiga pusat riset utama. Penelitian ini mencakup aspek proses iradiasi dan penentuan dosis yang sesuai, pengembangan alat dalam negeri dan penyusunan regulasi, terutama yang berkaitan dengan keamanan pangan.
“Riset ini penting untuk memastikan produk pangan Indonesia tidak hanya tahan lama, tetapi juga diterima di pasar ekspor tanpa kendala regulasi luar negeri. Kami juga terus mendorong agar Indonesia bisa memproduksi alat iradiasi sendiri,” jelas Syaiful.
Discussion about this post