Dari gempa awal tahun ini, Irwan mengatakan, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi pelajaran. Pertama, sistem peringatan dini di Jepang yang sangat baik. Sistem tersebut menjadi penting karena Jepang memiliki infrastruktur strategis, reaktor nuklir, kereta api cepat.
“Itu harus dihentikan seketika sesudah gempa terjadi sebelum gelombang gempa mencapai tempat mereka. Ini juga penting bagi masyarakat. Ini pembelajaran yang sangat penting, jadi selayaknya kami sudah memiliki kapasitas,” papar Irwan.
Baca Juga: Mengenal Beragam Terumbu Karang di Eduminawisata SFV Bangsring Banyuwangi
Kedua, pembelajaran dalam konteks infrastruktur kualitas bangunan. Dibandingkan dengan goncangan gempa, kerusakan yang terjadi lebih sedikit. Kondisi ini membuktikan Jepang memiliki kualitas infrastuktur sangat baik.
Sebagaimana diketahui, gempa bumi berkekuatan 7.6 skala ricther pada pukul 14.10 waktu setempat telah terjadi di daerah Noto di Prefektur Ishikawa, Jepang pada awal Tahun Baru 2024. Skala intensitas seismik mencapai angka 7, artinya saat terjadi gempa hampir semua perabotan yang tidak dipasangi penahan akan berpindah tempat atau jatuh, dan mungkin terbang.
Baca Juga: Geolog Unpad: Sesar Gempa Sumedang Bukan Cileunyi-Tanjungsari, Tapi Belum Dipetakan
Selain di Ishikawa, gempa juga terasa di sejumlah daerah lainnya seperti Niigata, Toyama, Niigata, Toyama, Fukui, Nagano, Gifu, Tokyo, Yamagata, Fukushima, Ibaraki, Saitama, Tochigi, Miyagi, Gunma, Shizuoka, Aichi, Mie, Shiga, Kyoto, Osaka, Hyogo, Nara, Tottori, Iwate, dan Akita.
Berdasarkan laporan Reuters, gempa tersebut memicu gelombang tsunami dengan ketinggian lebih dari 1 meter di sepanjang pesisir barat Jepang, membuat aliran listrik putus, dan mengharuskan warga pesisir pantai mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. [WLC02]
Sumber: ITB
Discussion about this post