Senyawa yang paling banyak diteliti sifat-sifat analgesik serta adiksinya adalah Mytraginine dan 7-hydroxymitragynine. Kedua senyawa ini juga menjadi senyawa tunggal untuk diteliti potensinya sebagai analgesik, inflamasi, serta untuk kanker.
Pada 2021, WHO Expert Committee on Drug Dependence (ECDD) melakukan prereview dampak kesehatan kratom. Mereka menyimpulkan tidak ada cukup bukti untuk dilanjutkan ke tahap critical review, namun tetap dilakukan surveilans oleh WHO.
Baca Juga: Penambangan dan Ekspor Pasir Laut Kiamat Sosial Ekologis di Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil
Sifat antioksidan ekstrak kratom
Sementara riset kratom yang telah dilakukan di Pusat Riset Vaksin dan Obat BRIN hingga saat ini meliputi standarisasi ekstrak alkaloid, studi in vitro yang terdiri dari aktivitas antioksidan dalam sel. Kemudian aktivitas anti inflamasi ganda serta adjuvant untuk terapi kanker, dan studi in vivo yang meliputi aktivitas analgesik, putus obat (withdrawal effect) serta tes toksisitas akut oral.
Hasil riset BRIN menunjukkan, bahwa ada dua inflamasi pada kratom, yaitu di alkaloid dan ekstrak yang menyuguhkan efek analgesik. Terkait keamanan dan potensi kecanduan, WHO masih melakukan penelitian atau mengkaji bagaimana sifat kecanduan dari kratom tersebut.
Menurut Masteria, ekstrak kratom memiliki sifat antioksidan yang mampu melindungi sel dari radikal bebas seperti spesies oksigen reaktif (ROS) dan oksida nitrat. Ekstrak kratom berupa ekstrak kasar dan alkaloid memiliki aktivitas anti inflamatori melalui potensi penghambat-NSAID COX-2 dan 5-LOX. Dengan sedikit efek samping dan dapat digunakan sebagai adjuvant terapi kanker.
Baca Juga: Daerah Rentan Likuefaksi di Indonesia Punya Tingkat Kepadatan Penduduk Tinggi
“Ekstrak kratom memiliki efek analgesik in vitro dan in vivo. Studi in vivo kami menunjukkan dalam dosis tertentu alkaloid kratom memiliki efek analgesik dua kali lipat lebih tinggi, daripada ekstrak kasar,” kata Masteria.
Masteria menambahkan, kratom alkaloid yang diberikan secara kronis dengan dosis yang ditingkatkan dapat menginduksi lebih sedikit gejala putus obat dibandingkan dengan kelompok morfin.
“Selain itu, alkaloid kratom saat digunakan untuk mengobati kelompok yang diobati morfin cenderung mengurangi gejala putus obat,” pungkas Masteria. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post