Persoalannya, ketersediaan kayu solid berukuran besar semakin menipis akibat tingginya kebutuhan serta alih fungsi hutan menjadi lahan pemukiman maupun pertanian. Kondisi ini menyebabkan harga kayu solid sangat mahal dan keberadaannya pun terbatas.
Untuk mensiasati hal itu, perkembangan teknologi dalam industri kayu telah menghasilkan produk kayu laminasi. Produk ini terbuat dari papan-papan kayu yang direkatkan satu dengan lainnya membentuk balok berukuran besar, lebih besar ukuran penampang dari kayu solid alam.
Kehadiran produk kayu laminasi memberikan nilai penting dalam dunia konstruksi. Sebab produk laminasi memiliki sifat lebih homogen dibandingkan dengan kayu solid karena variasi alami kayu dapat diseleksi dan dikombinasikan yang terbaik saat proses produksi.
Baca juga: Hutan Ulu Masen di Aceh Jadi Lokasi Riset Aksi Atasi Konflik Gajah dan Manusia
Isu durabilitas juga turut menjadi perhatian, terutama pada kayu cepat tumbuh. Faktor kelembapan tinggi, jamur, rayap, bahkan potensi kebakaran, menjadi tantangan utama yang perlu terus diteliti agar kayu dapat menjadi material andal dalam jangka panjang. Ditambah mata kuliah konstruksi kayu dari Program Studi Teknik Sipil tidak menjadi prioritas bagi perguruan tinggi di Indonesia.
Saat ini, dunia tengah bergerak menuju pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang menuntut penggunaan sumber daya material ramah lingkungan lebih dominan pada bidang konstruksi. Lahirlah inisiatif produk kayu rekayasa yang diimplementasikan pada pembangunan Paviliun CLT Nusantara di kompleks Fakultas Teknik UGM. Paviliun ini dilengkapi dengan panel surya, fasad tanaman hidup dengan sistem irigasi vertikal berbasis IoT dan dirancang sebagai showcase eco-house.
“Inisiatif seperti lahirnya paviliun CLT Nusantara menjadi bukti, kayu relevan menjadi material konstruksi berkelanjutan,” imbuh dia. [WLC02]
Sumber: UGM
 
			





 
                                    
Discussion about this post