Menteri Siti mengapresiasi program yang telah membuahkan hasil bagi kelompok petani hidroponik, berupa peningkatan pendapatan ekonomi kelompok yang berasal tidak hanya dari menjual produk sayuran, namun juga dari menjual bibit-bibit tanaman hidroponik.
“Secara efektif, masyarakat memperoleh peningkatan pendapatan sebesar Rp 500.000/bulan dibandingkan dari sebelumnya masyarakat harus membeli bibit Rp1.200.000/unit per bulan,” kata Menteri Siti.
Direktur Operasi PT KPI, Didik Bahagia menegaskan, progam Kampung Gadis adalah wujud Komitmen PT KPI mendukung upaya pemerintah Indonesia merespons perubahan iklim, didasarkan pada kesadaran penuh dalam mendukung tujuan ke-13 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s) terkait penanganan perubahan iklim.
Kelompok petani Kelurahan Tegalreja juga telah mampu mengelola hasil kebun hidroponik dari hulu ke hilir yang banyak mendatangkan manfaat bagi kelompok khususnya dari segi pendapatan.
Baca Juga: Pekan Ini, Kasetpres Janjikan Bahas 34 Kasus Reforma Agraria yang Belum Selesai
Program Eco Smart Greenhouse telah diekstensifikasi dengan memproduksi jus hidroponik dan makanan ringan yang bernilai jual tinggi. Serta menjadikan kebunhidroponik Tegalreja sering menjadi tempat kunjungan dari wilayah lain baik untuk belajar maupun sekadar berekreasi.
Dalam kunjungan tersebut, Menteri Siti Nurbaya dan rombongan melihat program Bank Sampah Beo Asri yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengendalian sampah lingkungan.
Dengan program menabung sampah melalui tabungan SAHARA, produksi kerajinan berbahan limbah NonB3, pengelolaan sampah anorganik menjadi pupuk, dan berpartisipasi aktif dalam pemasaran hasil kerajinan. Pengurus Bank Sampah Beo Asri beranggotakan kaum ibu, lansia dan pemuda eks kenakalan remaja. [WLC01]
Sumber: Kementerian LHK
Discussion about this post